SOLO, KOMPAS — Untuk mengurai kemacetan di pelintasan kereta api sebidang di Solo, Jawa Tengah, dibutuhkan tujuh jembatan layang atau overpass. Tanpa overpass, Solo terancam terbelit persoalan kemacetan parah.
Kepala Dinas Perhubungan Solo Hari Prihatno, Kamis (8/3), mengatakan, Solo yang hanya memiliki luas wilayah 44 kilometer persegi dibelah oleh jalur kereta api. Saat ini, ada tujuh pelintasan sebidang KA di jalan-jalan yang padat kendaraan. Setiap hari, ada sekitar 2 juta unit kendaraan keluar dan masuk Solo.
”Tujuh pelintasan sebidang itu harus pakai overpass. Jika tidak, kendaraan bermotor sulit lewat di pelintasan sebidang jika perjalanan kereta api semakin banyak,” kata Hari di Solo.
Hari mengatakan, jumlah perjalanan KA yang melintasi Solo setiap sehari ada 150 kali. Kereta melintas rata-rata setiap 10 menit sekali. Frekuensi perjalanan KA diperkirakan bertambah mendekati 200 kali sehari jika pembangunan rel ganda dari Surabaya, Jawa Timur, ke Solo sudah selesai dan dioperasikan.
”Jika frekuensi perjalanan KA bertambah menjadi 200 setiap hari ditambah kereta rel listrik jalur Solo-Yogyakarta direalisasikan dan ada KA bandara, setiap 5 menit akan ada kereta melintas,” kata Hari.
Tujuh pelintasan sebidang itu adalah pelintasan Purwosari, Manahan, Pasar Nongko, Balapan, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Cokroaminoto, dan simpang tujuh Joglo. ”Paling berpotensi menjadi masalah adalah pelintasan sebidang Joglo,” katanya.
Untuk mengurai kemacetan di pelintasan sebidang, pekan depan pembangunan overpass Manahan dimulai. Jembatan layang Manahan diprioritaskan karena kemacetannya paling berat. Setelah Manahan, akan dilanjutkan pembangunan overpass Purwosari. Hari mengimbau masyarakat mengantisipasi kemacetan akibat pelaksanaan proyek pembangunan jembatan layang Manahan. Dishub Solo telah menyiapkan skenario pengalihan arus lalu lintas selama delapan bulan pembangunan di Manahan.
Potensi Cepu
Dari Semarang dilaporkan, geliat ekonomi di Cepu, Kabupaten Blora, mulai ditangkap sebagai peluang bisnis oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI). Dalam setahun terakhir, ada permintaan transportasi yang mudah dan terjadwal oleh masyarakat di Cepu dan sekitarnya. Untuk itu, PT KAI siap menghidupkan kembali jalur kereta api rute Cepu-Semarang-Jakarta.
Manajer Hubungan Masyarakat PT KAI Daerah Operasional (Daop) IV Semarang, Suprapto, Kamis, mengatakan, ada peningkatan pengguna transportasi kereta api dalam setahun terakhir, khususnya di Daop IV Semarang. Jumlah penumpang yang menggunakan kereta api pada 2016 ada 5,064 juta orang, tahun 2017 naik 15 persen menjadi 5,8 juta orang.
”Peningkatan pelayanan kereta api disambut antusias masyarakat. Hal ini mendorong PT KAI Daop IV menggarap lagi rute-rute berpotensi yang dulu pernah berjaya, di antaranya rute Cepu-Semarang-Jakarta,” ujar Suprapto.
Pihaknya mengusulkan revitalisasi jalur kereta api Cepu-Semarang sekaligus pengembangan Stasiun Cepu yang selama ini berstatus stasiun kecil untuk transit kereta api ekonomi. Usulan sudah disampaikan ke PT KAI pusat. Sambil menunggu proses, PT KAI bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Blora untuk menata dan mengembangkan Stasiun Cepu dalam waktu dekat.
Kepala Bagian Humas Kabupaten Blora Alim Ngaliman berharap kerja sama PT KAI dan Pemkab Blora segera mewujudkan sarana transportasi kereta yang sudah lama ditunggu masyarakat. (RWN/WHO)