KPU Banyumas Sosialisasikan Pilkada kepada Kaum Difabel
Oleh
Megandika Wicaksono
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Banyumas menyosialisasikan Pilkada 2018 kepada para penyandang difabel di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (11/3). Sebanyak 50 penyandang difabel berpartisipasi dalam sosialisasi ini.
”Tentu saja kegiatan ini bagian dari peningkatan partisipasi pemilih. Tapi pelayanan penyelenggara pemilu kepada semua pemilih, di semua segmen dan elemen masyarakat harus kami sasar untuk kegiatan sosialisasi ini supaya memberi pemahaman kepada mereka bahwa mereka pun mempunyai hak yang sama, baik hak memilih maupun dipilih,” kata anggota KPU Banyumas Divisi Teknis, Ikhda Aniroh, Minggu.
Ikhda menyampaikan, pilkada yang aksesibel merupakan pemenuhan hak politik pemilih difabel sebagai warga negara. ”Pilkada yang aksesibel meningkatkan partisipasi pemilih difabel,” ujarnya.
Di Jawa Tengah, saat ini tengah berlangsung proses pilkada untuk menentukan gubernur baru. Di wilayah ini juga ada enam kabupaten yang melangsungkan pilkada serentak, yaitu Banyumas, Temanggung, Kudus, Karanganyar, Tegal, dan Magelang. Selain itu, Kota Tegal juga sedang melaksanakan pilkada.
Di Banyumas, pilkada diikuti dua pasang calon bupati dan wakil bupati. Mereka adalah Mardjoko yang berpasangan dengan Ifan Haryanto serta Achmad Husein berpasangan dengan Sadewo Tri Lastiono.
Ikhda menyampaikan, aksesibilitas fisik yang perlu disiapkan bagi penyandang difabel adalah lokasi TPS yang mudah diakses oleh penyandang difabel, antara lain rata, tidak bertangga, lebar pintu masuk serta tinggi bilik juga meja kotak suara dapat diakses pengguna kursi roda, disediakan alat bantu coblos pemilih tunanetra serta formulir C3 atau formulir pendampingan bagi pemilih difabel.
Adapun aksesibilitas nonfisik dilihat dari ketersediaan informasi pilkada bagi penyandang difabel, antara lain penggunaan bahasa isyarat atau tulisan berjalan bagi penyandang tunarungu, informasi bentuk audio atau suara dan huruf Braille bagi tunanetra, serta situs web yang dapat diakses oleh pemilih difabel.
”Ini menjadi awalan, kami akan rencanakan simulasi bagi kaum difabel di TPS,” kata Ikhda.
Suwarso (50), salah satu peserta sosialisasi yang menggunakan kursi roda berharap nantinya TPS dibangun dengan baik dan dapat dimasuki pengguna kursi roda.
”Jalan ke TPS jangan yang berundak-undak (bertingkat) agar tidak kerepotan. Pintu dan bilik untuk mencoblos juga harus lebar,” kata Suwarso.