Pembenahan Informasi ala Sentani Timur
Ones Puhili (25), pemuda Kampung Nolokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Selasa pagi di akhir Februari, mendatangi rumah Carola Wefma, warga RT 001 RW 003 Nolokla.
Kedatangan Ones, yang tak lain kader Sistem Administrasi dan Informasi Kampung (SAIK), adalah untuk memperbarui data kependudukan keluarga Carola. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya, Ones mulai mewawancarai Carola terkait informasi-informasi teraktual.
Pemuda itu secara telaten mengisikan informasi Carola dalam dua lembar formulir pengisian data kependudukan. Pengambilan data berjalan lancar dan dalam suasana kekeluargaan karena Ones juga warga Nolokla sehingga sudah dikenal warga setempat.
- English Version: Improving Population Data the East Sentani Way
Di lembaran itu terdapat puluhan kolom informasi yang di antaranya berisi nama seluruh anggota keluarga, status kependudukan, status kepemilikan rumah, dan status pekerjaan. Ada pula data tentang keahlian warga, status penyakit atau cacat, dan riwayat imunisasi.
Setelah selesai, Ones pun melanjutkan perjalanan ke beberapa rumah lainnya di Nolokla. Data yang terkumpul dari setiap formulir itu lalu dipindahkan ke dalam aplikasi SAIK di laptop. Biasanya, proses tersebut memakan waktu 15 menit.
Tak lupa, ia juga menyalin data dari SAIK yang telah diperbarui ke dalam perangkat penyimpan data (hard disk) eksternal. Data itu lantas dibawa ke tempat pengelolaan aplikasi Sistem Administrasi dan Informasi Distrik (SAID), yang disebut Rumah Data, di belakang Kantor Distrik Sentani Timur. ”Saya mulai aktif sebagai relawan SAIK sejak pertengahan 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi rumah-rumah warga di Nolokla,” ujar Ones.
Bermula dari 7 kampung
Aplikasi SAID dan SAIK merupakan implementasi dari program Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (Kompak) ”Landasan”. Program ini kerja sama antara Pemerintah Australia dan Pemerintah RI. Dua aplikasi ini dikerjakan oleh lembaga Mitra Turatea asal Sulawesi Selatan.
Dalam program ini, setiap kampung memiliki kader, biasanya pemuda, yang bertugas mengisi data warga ke dalam formulir SAIK. Masing-masing kader dibekali alat kerja berupa laptop yang disediakan pemerintahan kampung setempat. SAIK dikembangkan terlebih dahulu, yaitu sejak 2015.
Setelah data dari tujuh kampung di Sentani Timur lengkap, barulah dikembangkan menjadi SAID pada tahun lalu. Ketujuh kampung di Sentani Timur itu adalah Ayapo, Nendali, Asei Kecil, Asei Besar, Puay, Yokiwa, dan Nolokla, kampung Ones.
Selasa itu, di Rumah Data yang dilengkapi fasilitas komputer dan laptop untuk penyimpanan data SAID, ada dua petugas, yakni Manajer Data SAID Jesica Monim Ohee dan Koordinator SAID Sentani Timur Anastasia Samberi. Keduanya menerima dan mengolah data SAIK yang dikumpulkan 16 kader di Sentani Timur.
”Ada sekitar 3.000 data warga yang masuk dalam SAID. Proses pengumpulan data di tujuh kampung terus berlangsung karena masih banyak warga yang belum terdata,” kata Jesica.
Dalam aplikasi SAID, akurasi dan kelengkapan informasi menjadi modal penting dalam meningkatkan berbagai layanan dasar masyarakat. Terobosan itu hadir dalam SAID, yang bisa dikategorikan sebagai inovasi terkini dalam pengumpulan data warga berbasis teknologi, dan diterapkan di Sentani Timur sejak September 2017.
Sentani Timur, dengan demikian, menjadi wilayah tingkat kecamatan pertama di Papua dan Papua Barat yang memulai penggunaan aplikasi berbasis web tersebut. SAID berbentuk kumpulan data yang ditransfer dari SAIK. Seperti SAID, SAIK juga diakses melalui web.
Jesica, Anastasia, dan para kader kampung bekerja dengan dana seadanya dari pemerintah kampung dalam seluruh tahapan pengumpulan data. Jumlah kader di setiap kampung berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi geografis. Ada satu kampung yang hanya memiliki satu kader, tetapi ada pula yang memiliki lima kader karena wilayahnya sangat luas.
”Kami bekerja dengan sukarela sebagai wujud kecintaan kepada kampung. Sebab, selama ini, pembangunan di kampung belum terarah dengan baik karena tidak ada data pendukung yang akurat,” kata Ones.
Efektif
Anastasia memaparkan, aplikasi SAID punya sejumlah keunggulan, antara lain tidak berbayar dan sangat efektif digunakan. Mengingat, aplikasi ini bisa digunakan baik saat tersambung dengan internet maupun ketika tidak tersambung.
Anastasia menjelaskan, SAID memuat data dasar, seperti identitas warga, jumlah sekolah, jumlah puskesmas, jumlah tenaga pengajar, dan jumlah kasus penyakit yang dominan. SAID juga memiliki data jalan serta jembatan di kampung, jumlah ternak warga, luas areal perkebunan, dan besaran anggaran dana desa di tujuh kampung.
Selain kader kampung, pengelola sekolah dan puskesmas di Sentani Timur juga diberi akses untuk mengisi data di SAID. Tujuannya agar pemerintah dan warga dapat mengawasi kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan di distrik tersebut.
”Banyak instansi pemerintahan yang datang ke tempat kami karena memerlukan data. Selain itu, ada juga mahasiswa yang memerlukan data untuk kegiatan penelitian,” tutur Anastasia.
Kepala Distrik Sentani Timur Steven Ohee mengatakan, dari hasil pendataan SAID, terungkap bahwa ratusan warga belum merekam kartu tanda penduduk, belum membuat kartu keluarga, dan akta kelahiran.
Terkait data itu, Pemerintah Distrik Sentani Timur lalu menginformasikan temuan tersebut kepada pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayapura.
Hal itu ditindaklanjuti dinas dengan mendatangi Distrik Sentani Timur untuk melayani pembuatan KTP bagi 256 warga. Selain itu, sebanyak 177 kartu keluarga dan akta kelahiran untuk 166 anak juga diterbitkan. ”Ini berkat SAID,” ucap Steven.
Ia menambahkan, SAID juga berperan penting untuk pengawasan penggunaan dana desa di Sentani Timur. Data dari SAID menjadi acuan dalam musyawarah rencana pembangunan dan penganggaran di tujuh kampung tersebut.
”Selain itu, data SAID berpotensi untuk disinkronkan dengan program pemerintah pusat, seperti bantuan beras sejahtera dan bantuan operasional sekolah,” kata Steven.
Kepala Puskesmas Harapan Sentani Timur drg Adi Kurniawan mengakui, SAID memudahkannya mengetahui penggunaan dana dari pemerintah kampung, khususnya pada sektor kesehatan. Penyebaran jumlah tenaga medis di setiap kampung juga dapat diketahui melalui aplikasi tersebut.
”Di dalam SAID, kami memasukkan data penyakit-penyakit yang dominan, seperti infeksi saluran pernapasan, malaria, dan diare. Hal ini bisa menjadi masukan bagi aparatur pemda setempat untuk mengambil langkah pencegahan,” tutur Adi.
Minister Counsellor Development Cooperation Kedutaan Besar Australia di Indonesia Fleur Davies menambahkan, Pemerintah Australia sangat senang mendukung Papua dan Papua Barat serta provinsi lainnya di kawasan timur RI dalam peningkatan layanan dasar pendidikan dan kesehatan melalui program Kompak ”Landasan”.
”Papua dan Papua Barat memiliki tantangan pembangunan yang signifikan. Kami pun mengetahui kedua provinsi ini memiliki dana otonomi khusus. Melalui program Kompak, kami bekerja sama dengan pemerintah provinsi setempat untuk memastikan dana tersebut dapat meningkatkan pelayanan dasar dan mengurangi kemiskinan,” tutur Davies.