Manajer Unit Produk Hilir (UPH) Banaran Group Product (BGP) Aidil Syukri, Rabu (14/3), mengatakan, beberapa tahun terakhir PTPN IX serius mengembangkan bisnis kopi. Salah satunya menjadikan BGP sebagai unit usaha mandiri.
”Sebagai divisi terpisah, BGP mesti mampu memberikan profit bagi perusahaan. Bukan hanya mengelola kebun, produk kopi yang dihasilkan harus bisa bersaing di tengah bisnis kopi yang terus berkembang,” ujar Aidil didampingi Kepala Seksi Manajemen Keuangan BGP Budi P, di Banaran, Desa Gemawang, Kabupaten Semarang.
Untuk bahan baku, BGP mengandalkan perkebunan kopi robusta dan arabika PTPN IX seluas 280 hektar yang terbagi di perkebunan Banaran, Kecamatan Jambu, dan Getas di Kecamatan Bawen. Produksi kopi tahun ini ditargetkan 320 ton.
Panen raya kopi diperkirakan mulai April. Produksi kopi tahun ini menurun 403 ton dibandingkan dengan tahun lalu. Cuaca beberapa tahun terakhir yang cenderung basah menghambat proses pembungaan tanaman.
Kendati demikian, menurut Aidil, pihaknya yakin produk kopi dari BGP mampu bersaing di antara kopi-kopi Nusantara. Terlebih unit usaha pengolahan kopi PTPN IX memulai bisnis kopi sejak tahun 1911 dengan pabrik kopi pertama di Jateng. Artinya, BGP punya pengalaman panjang dan memiliki aset sumber daya manusia mulai dari petani, pemetik, penyortir, hingga sistem pengolahan biji kopi yang teruji.
Menurut Aidil, ada tiga produk UPH Kebun Getas Afdeling Banaran, yakni kopi roasted super, kopi roasted robusta super, dan kopi roasted arabika murni. Pihaknya menawarkan harga kompetitif untuk pasar regional, Rp 75.000-Rp 100.000 per kilogram.
Ekspor
Untuk mendorong produksi, BGP akan menambah mesin penyangrai kopi. Saat ini, mesin sangrai berkapasitas 120 kg per hari milik BGP tidak mampu mengimbangi permintaan pasar.
”Kami butuh tambahan dua mesin roaster Probat Emmerich buatan Jerman. Ini mesin paling bagus untuk menghasilkan gorengan kopi yang kering sempurna,” katanya.
Mesin-mesin baru itu mampu memasak sedikitnya 300 kilogram biji kopi per hari. Ditargetkan mesin-mesin itu bisa beroperasi selambatnya 2019.
Selama puluhan tahun, produk kopi jenis white robusta process (WRP) I dengan label Banaran Estate diekspor ke Italia. Proses ekspor ditangani manajemen di Jakarta, dengan perusahaan ekspor Sicaf. Pangsa ekspor ini yang akan ditingkatkan sambil memperluas pemasaran kopi ke hotel-hotel, restoran, dan kafe.
Ditemui di Kedai Kopi Gunung Kelir Dusun Sirap, Kecamatan Jambu, pendamping petani kopi Rosyid Muhlasin menuturkan, petani kopi di kawasan Gunung Kelir turut menikmati geliat usaha kopi UPH BGP. Setiap tahun, mereka memasok sedikitnya 2.000 kilogram kopi hasil olahan kelompok tani di Gunung Kelir.
Moelyono Soesilo, Direktur UD Sumber Kurnia Alam Semarang, yang bergerak di bidang pengolahan dan ekspor kopi, mengatakan, kendati persaingan makin ketat, usaha kopi semakin prospektif. Kopi menjadi komoditas unggulan yang menghidupi bukan hanya ribuan petani kopi, melainkan juga menumbuhkan berbagai jenis usaha baru, seperti kafe, restoran, dan usaha kecil pengolahan kopi. Kopi menggerakkan ekonomi di perkotaan maupun desa. (WHO)