SURABAYA, KOMPAS — Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Timur, bekerja sama dengan situs jual-beli dalam jaringan, membangun etalase digital khusus untuk produk usaha mikro, kecil, dan menengah. Dengan situs khusus, promosi dan penjualan produk UMKM Jatim diharapkan meningkat dan tetap prima.
Gubernur Jatim Soekarwo, Kamis (15/3), saat membuka Gelar Kriya Dekranasda Jatim 2018 di pusat belanja di Surabaya mengatakan, UMKM merupakan soko guru perekonomian provinsi berpenduduk 40 juta jiwa ini. UMKM berkontribusi senilai Rp 1.100 triliun atau hampir 55 persen dari produk domestik regional bruto (PDRB) yang Rp 2.019 triliun sepanjang tahun lalu.
Bursa produk UMKM itu untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Ke-38 Dekranasda Jatim. Pameran dan penjualan berlangsung sampai dengan Minggu (18/3) di Atrium Grand City. Di sana terdapat 83 stan yang 38 di antaranya merupakan stan Dekranasda kabupaten/kota di Jatim, 2 stan Dekranasda Jatim dan Jabar, 3 stan badan, dinas, atau kantor Jatim, dan UMKM mandiri. Yang dipamerkan dan dijual adalah hasil kerajinan dari kulit (tas, alas kaki, dompet, jaket, wayang), furnitur, cendera mata, batik, sulam, bordir, mainan, dan makanan ringan khas suatu kabupaten/kota.
Soekarwo melanjutkan, senilai Rp 185 triliun atau 9,2 persen dari Rp 1.100 triliun tadi secara khusus merupakan kinerja UMKM binaan Dekranasda Jatim. ”Kekuatan UMKM tidak bisa disepelekan. Tanpa UMKM, perekonomian Jatim akan macet,” katanya.
Produk Jatim
Dalam skala nasional, kata Soekarwo, hampir 25 persen barang produk domestik yang beredar merupakan produksi Jatim. Dengan demikian, peran UMKM Jatim terhadap peredaran produk domestik secara nasional juga tidak kecil. Perekonomian Jatim yang menyumbang 15 persen perekonomian nasional berarti separuhnya merupakan kinerja sektor UMKM.
Ketua Dekranasda Jatim Nina Kirana mengatakan, penduduk Indonesia yang 261 juta merupakan pasar yang amat besar bagi produk pemasaran global. Pasar nasional setara dengan 40 persen pasar Asia Tenggara. Dengan demikian, jika UMKM domestik menguasai pasar sendiri, berarti mampu bersaing untuk turut menguasai pasar dunia. ”Perdagangan UMKM antardaerah perlu digiatkan,” ujarnya.
Seperti diungkapkan Alviyanto, pemilik usaha kulit dengan label To&Ti Sidoarjo, produknya yang berbagai macam, seperti tas, dompet, dan aksesori, tiga tahun terakhir penjualan tidak hanya melalui pameran, tetapi lebih gencar dengan cara online atau dalam jaringan. (ETA/BRO)