BANYUWANGI, KOMPAS — Harga cabai rawit merah di pasar naik drastis dalam sebulan terakhir. Penyebabnya, menipisnya pasokan cabai. Petani mencabuti tanaman cabai untuk diganti dengan jagung.
Di Pasar Banyuwangi, harga cabai rawit Rp 52.000 per kilogram (kg), Kamis (15/3). Harga itu dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada akhir Januari yang Rp 26.000 per kg. ”Sebulan terakhir harga cabai rawit merah naik terus. Pasokan cabai sedang sulit. Saya biasanya beli grosir 10 kg per hari, satu minggu terakhir cuma dapat 5 kg per hari,” ujar Sutanto, pedagang cabai di Pasar Banyuwangi.
Guna menyiasati kenaikan harga dan kelangkaan cabai, berbagai cara dilakukan para pedagang makanan. Taufik, pedagang bakso di Banyuwangi, mengaku mengoplos cabai rawit merah dan cabai rawit hijau saat membuat sambal. Hal itu ia lakukan untuk menghemat pengeluaran.
Penelusuran Kompas di sejumlah pengepul cabai menunjukkan ada penurunan pasokan. Sejumlah kios pengepul cabai di sentra cabai Wongsorejo tampak tutup dan tidak ada aktivitas.
Padahal, mulai siang hingga sore hari, sejumlah petani biasa datang ke kios pengepul cabai untuk menjual hasil panen. Selanjutnya pengepul menimbang, menyortir, dan mengemas cabai untuk dikirim ke sejumlah pasar di Jawa Timur.
Penurunan pasokan dibenarkan oleh pengepul cabai di Kecamatan Wongsorejo, Saiful Bahri. Menurut dia, satu bulan terakhir, cabai hasil panenan petani di Banyuwangi utara mulai habis. ”Biasanya saya bisa dapat 4-5 ton cabai rawit merah dalam sehari. Namun, sebulan terakhir, saya hanya mendapat cabai dari petani 50-100 kg per hari,” ujar Saiful.
Kelangkaan cabai rawit, kata Saiful, menjadi salah satu faktor naiknya harga cabai di pasar. Saat pasokan melimpah, harga cabai di tingkat petani berkisar Rp 5.000-Rp 10.000 per kg. Sejak pasokan menipis, cabai dihargai Rp 35.000 per kg.
Ganti jagung
Berkurangnya pasokan cabai di sentra cabai Wongsorejo juga diakibatkan peralihan komoditas tanam. Sejumlah petani cabai mengganti komoditas dari cabai rawit merah menjadi jagung.
”Ladang cabai seluas 32 hektar milik anggota Kelompok Tani Murni seluruhnya sudah menjadi ladang jagung. Petani di sini memang biasa menanam jagung setelah pohon cabai berumur 1 tahun tidak lagi produktif,” ujar Ahmad Jamali, Ketua Kelompok Tani Murni Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo.
Ahmad mengatakan, musim hujan membuat tanaman cabai kena penyakit cacar buah. Selain itu, produktivitas cabai juga sudah menurun. Karena itu, sebulan terakhir, petani cabai Wongsorejo mengganti komoditas cabai ke jagung.
Nantinya, saat jagung berumur 100 hari, petani Wongsorejo akan kembali menanam cabai dengan sistem tumpang sari. Benih cabai akan ditanam di sela-sela tanaman jagung. Dengan demikian, saat jagung dipanen, ladang milik para petani akan kembali berfungsi sebagai ladang cabai. (GER)