MUARA ENIM, KOMPAS — Enam gerbong kereta api batubara rangkaian panjang atau babaranjang jurusan Tanjung Enim-Tarahan anjlok, Sabtu (17/3) malam. Akibatnya, perjalanan kereta api penumpang dari Kertapati-Tanjung Karang sempat terhambat, begitu pula rute sebaliknya. Minggu (18/3) siang, gerbong kereta sudah dievakuasi sehingga rel dapat dilalui.
Manajer Humas PT KAI Divisi Regional IV Tanjung Karang Franoto Wibowo saat dihubungi, Minggu, mengatakan, kereta api babaranjang terdiri dari 60 gerbong batubara dari Tanjung Enim-Tarahan. Saat tiba di kawasan Sukamerindu, Kabupaten Muara Enim, enam gerbong keluar dari rel.
Kereta dengan masinis Hasan Alkaf dan asisten masinis Danang mengalami anjlok pada gerbong 24 sampai gerbong 29. ”Lima gerbong, empat as rodanya anjlok, sedangkan satu gerbong lain hanya satu as rodanya yang anjlok,” kata Franoto. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Akibat anjloknya gerbong, muatan batubara yang diangkut tumpah di sekitar lintasan. Satu gerbong mengangkut sekitar 50 ton batubara. Selain memindahkan gerbong dari rel, pihaknya juga melakukan perbaikan terhadap wesel (pemindah jalur) yang mengalami gangguan.
Anjloknya kereta babaranjang menyebabkan sejumlah perjalanan kereta penumpang tertunda. ”Kami segera menerjunkan petugas untuk melakukan evakuasi agar jalur segera dapat dilalui,” kata Franoto.
Kereta Api Limeks Sriwijaya rute Kertapati-Tanjung Karang tertahan di Stasiun Prabumulih, sedangkan kereta Limeks Sriwijaya 2 jurusan Tanjung Karang-Kertapati tertahan di Stasiun Baturaja, Sumatera Selatan.
”Penumpang diangkut dengan bus untuk melanjutkan perjalanan,” ujarnya.
Untuk keberangkatan siang hari, kata Franoto, KA Ekonomi Ekspress Rajabasa Rute Kertapati-Tanjung Karang tertahan di Stasiun Prabumulih sekitar 3 jam dari jadwal semula. Adapun untuk rute sebaliknya tidak ada masalah karena jalur sudah kembali dibuka.
”Kami meminta maaf atas keterlambatan ini,” ujarnya.
Franoto mengatakan, risiko anjloknya kereta di jalur tersebut memang besar. Untuk itu, perawatan dan pemantauan di sepanjang jalur rutin dilakukan satu minggu sekali. Pemantauan perlu dilakukan karena jalur ini cukup strategis. Dalam satu hari, jalur ini dilintasi 40 kereta babaranjang, empat kereta penumpang, dua kereta api pulp dan kayu, dua kereta api bahan bakar minyak, dan dua kereta api semen dan klinker (bahan utama pembuatan semen).
Kejadian berulang
Anjloknya gerbong kereta sudah pernah terjadi sebelumnya. Pada 2017, setidaknya dua kali kasus kereta babaranjang anjlok di jalur Tanjung Enim-Tarahan. Sementara pada 2018 peristiwa kereta anjlok baru sekali terjadi.
”Saya harap ini menjadi yang pertama dan terakhir. Langkah antisipasi terus dilakukan,” katanya.
Humas PT KAI Divisi Regional II Aida Suryanti menuturkan, akibat anjloknya kereta, 681 penumpang harus dievakuasi. Rinciannya, 286 penumpang dari jurusan Kertapati-Tanjung Karang dan 395 penumpang dari jurusan Tanjung Karang-Kertapati. Proses pemindahan penumpang dilakukan sesuai prosedur.
”Ada delapan bus yang dikerahkan untuk mengangkut penumpang,” ucapnya.
Aida mengatakan, karena jalur sudah bisa dilalui pada Minggu siang, jadwal perjalanan kereta selanjutnya tidak mengalami gangguan. (RAM)