KALIANDA, KOMPAS — Penyelundupan narkoba melalui bus antarkota antarprovinsi masih marak terjadi di Sumatera. Polres Lampung Selatan menyita 10 kilogram sabu dari dalam bus. Narkoba senilai Rp 15 miliar itu diselundupkan dari Sumatera Barat ke Jakarta.
Kepala Bidang Humas Polda Lampung Komisaris Besar Sulistyaningsih, Jumat (23/3), di Bandar Lampung, mengatakan, sabu tersebut didapat saat aparat melakukan pemeriksaan di pintu masuk Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Minggu (11/3).
Saat itu, polisi mendapat informasi adanya penyelundupan narkoba melalui bus antarkota antarprovinsi dari warga. Bus diperkirakan akan melewati Pelabuhan Bakauheni menjelang tengah malam. ”Saat melakukan pemeriksaan, petugas menemukan kardus berisi sabu dari dalam bagasi bus,” ujar Sulistyaningsih, kemarin.
Sabu tersebut dibawa oleh SW (24), warga Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, dengan cara disembunyikan di dalam kardus. Untuk menghindari kecurigaan petugas, 10 kemasan sabu itu dimasukkan ke dalam tas ransel. Ransel itu lalu disembunyikan dalam kardus. Malam itu, SW menumpang bus antarkota antarprovinsi bernomor polisi BA 7221 NU.
Kepada polisi, SW mengaku diminta mengirimkan sabu ke Jakarta oleh tersangka Dedet yang saat ini masih dalam pencarian aparat. Tersangka tergiur menjadi kurir karena dijanjikan akan mendapat imbalan Rp 150 juta. Namun, dia mengaku baru mendapat uang muka Rp 3 juta.
Dari penangkapan itu, aparat melakukan penyelidikan dan menangkap tiga tersangka lain di Jakarta. Ketiga tersangka yang ditangkap ialah ML (35), AP (24), dan DL (47). ML ditangkap di sebuah hotel di Jakarta Timur. Adapun AP dan DL ditangkap di hotel lain, tak jauh dari lokasi penangkapan ML.
Dari hasil penyelidikan aparat, ketiga tersangka diketahui berperan sebagai penerima sabu di Jakarta. Ketiga pelaku mengaku hanya disuruh seseorang untuk mengambil sabu dengan imbalan Rp 3 juta-Rp 5 juta. Meski begitu, polisi mencurigai ketiga pelaku merupakan bagian dari jaringan pengedar narkoba di Jakarta.
Untuk memperketat pengawasan terhadap peredaran narkoba antarprovinsi dan pulau, Polda Lampung bekerja sama dengan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) akan mendirikan posko gabungan. Selain menempatkan anjing pelacak, aparat juga akan melengkapi peralatan pendeteksi narkoba.
Kepala BNN Lampung Brigjen (Pol) Tagam Sinaga, beberapa waktu lalu, mengatakan, dalam dua tahun terakhir, saat ini jumlah pengguna narkoba diprediksi mencapai 128.000 orang. Jumlah tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan dua tahun lalu, yakni 74.000 orang. Selain itu, usia pengguna narkoba juga semakin muda. Pelajar SD, SMP, dan SMA menjadi target yang terus diincar agar dapat menjadi pencandu oleh para bandar narkoba.