KRUI, KOMPAS — Perbaikan jalan lintas barat Sumatera antara Biha dan Krui, di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, yang putus sejak Oktober 2017 hingga kini tak kunjung rampung. Akibatnya, lalu lintas dari Lampung menuju Bengkulu dan sebaliknya terganggu.
Banjir Bandang pada Oktober lalu menyebabkan jalan selebar 4 meter dengan panjang 30 meter itu tergerus dan putus. Langkah perbaikan dilakukan dengan mendirikan jembatan bailey sebagai jalan darurat.
Namun, baru berdiri 1 bulan, jembatan bailey berkapasitas maksimal 7 ton itu kembali rusak. Sebuah truk bermuatan 10 ton memaksa melintas jembatan tersebut. Akibatnya konstruksi jembatan patah sehingga truk terguling ke kiri dan kerangka jembatan bagian kiri melengkung.
Kini, kendaraan yang melintas terpaksa melalui jalan dari pasir pantai yang dipadatkan. Jalan tersebut lebarnya hanya 3 meter dan berada di sisi barat jembatan yang melengkung.
Tidak ada aktivitas
Dari pantauan Kompas di lokasi, Kamis (22/3), tidak terlihat adanya aktivitas perbaikan jalan nasional itu. Hanya ada alat berat backhoe yang terparkir.
Aktivitas di lokasi putusnya jalan lintas Sumatera hanya didominasi sejumlah pria yang mengatur kelancaran lalu lintas. Warga melakukan buka-tutup lalu lintas sambil meminta uang dari pengendara yang melintas.
”Pengerjaan perbaikan pernah dilakukan dua kali oleh petugas dari dinas pekerjaan umum provinsi. Namun, setelah jembatan bailey rusak, sudah tidak ada satu pun pekerja yang ada di lokasi,” tutur Gunawan, salah satu warga yang menjaga lalu lintas di sekitar jembatan.
Gunawan mengatakan, ia melihat petugas dari dinas pekerjaan umum bekerja terakhir kali pada Desember. Hingga kini, ia tidak tahu kapan pengerjaan perbaikan jembatan tersebut rampung.
Sopir travel jurusan Bandar Lampung-Pesisir Barat-Lampung Barat, Suwarto, mengatakan, rusaknya jalan nasional tersebut membuatnya harus memperhitungkan waktu tempuh jika ingin melintasi jalan yang putus itu. Pasalnya, apabila air pasang, jalan darurat itu terendam air laut.
Bupati Pesisir Barat Agus Istiglal mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi, air dari muara menggerus fondasi jalan. Tim evaluasi juga menemukan bahwa bronjong di pinggir jalan lebih kecil dari kapasitas daerah aliran sungai.
”Jalan itu merupakan jalan nasional. Saat ini anggaran sudah disiapkan. Namun, pelaksanaannya harus menunggu tender,” ujarnya. (GER)