BANDUNG, KOMPAS - Pemerintah menegaskan, stok bahan kebutuhan pokok menjelang puasa dan Lebaran 2018 dalam kondisi aman. Namun untuk komoditas tertentu, di antaranya beras, daging, dan bawang putih, pemerintah tetap impor untuk stabilisasi harga, terutama jika terjadi gangguan distribusi yang berpotensi pada gejolak harga.
Hal itu dikemukakan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam Rapat Koordinasi Nasional Stabilisasi Harga dan Stok Pasokan Barang Kebutuhan Pokok Menjelang Puasa dan Lebaran 2018/1439 H di Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (23/3).
Turut hadir Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, Kepala Satuan Tugas Pangan, yang juga Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, Deputi Pencegahan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Taufik Ahmad, serta Direktur SDM dan Umum Perum Bulog Febriyanto.
“Stok bahan pokok aman untuk tiga bulan ke depan, apalagi pada bulan Maret dan April memasuki panen raya. Namun untuk antisipasi pengendalian harga tetap dilakukan impor seperti pada beras sebanyak 500.000 ton. Beras impor yang baru masuk saat ini lebih kurang 281.000 ton. Apabila terjadi gejolak harga, Bulog siap menggelontorkan beras ke pasar untuk stabilisasi,” kata Enggartiasto.
Dalam upaya untuk menjaga pasokan daging, pada bulan April pemerintah mengalokasikan impor daging kerbau beku dari India sebanyak 100.000 ton. Daging beku itu dijual seharga Rp 80.000 per kilogram.
“Keran impor bawang putih pun dibuka karena produksi nasional masih rendah,” ucapnya.
Di sisi lain, Enggartiasto juga mengimbau jajaran pemerintah daerah supaya tidak membatasi atau menghambat pasokan perdagangan antar daerah guna menjamin tidak adanya kelangkaan di suatu wilayah.
“Ini bisa dipahami terjadi mungkin karena pertimbangan pengendalian inflasi, dan menjamin ketersediaan bahan pokok di wilayahnya, tapi janganlah bersikap berlebihan hingga membatasi pasokan ke daerah lain. Pasar dibuka saja, daerah yang memerlukan komoditi tertentu bisa memesan, dan daerah yang berkelebihan bisa berbagi. Namun kalau memang ada daerah yang mengalami gangguan pasokan, segera lapor ke pusat supaya cepat ditangani,” ujar Enggartiasto.
Sementara itu Agung Hendriadi menuturkan, dengan adanya panen raya bulan Maret-April, maka pada bulan Mei yang memasuki bulan puasa, cadangan beras masih mencukupi.
“Cadangan pasar masih dapat memenuhi kebutuhan konsumsi yang diperkirakan kebutuhan meningkat 10 persen sampai 15 persen. Diprediksi pula, dari kebutuhan rata-rata nasional 2,5 juta ton per bulan, pada bulan Maret, kita akan surplus padi 1,5 juta ton, kemudian April surplus 3 juta ton, dan bulan Mei surplus 2 juta ton,” ucap Agung.
Sedangkan Setyo Wasisto menekankan jaminan kelancaran distribusi. “Kami akan mengawasi rantai distribusi pangan. Ini penting untuk menjamin stabilitas harga,” kata Setyo.
Oleh karenanya dia juga mengingatkan kepada para pengusaha untuk memperhatikan distribusi yang berkaitan dengan infrastruktur jalan. Pasalnya, kapasitas truk akan dibatasi agar jalan tidak cepat rusak.
“Pengusaha perlu memperhitungkan hal ini karena kalau kapasitas truk dibatasi 20 ton tentu tidak bisa memuat bahan pokok lebih dari itu, dan kondisi ini jangan menjadi alasan mereka kemudian menjual berang dengan harga tinggi untuk mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Kami akan memantau hal ini di lapangan agar jangan pengusaha mengambil untung tidak wajar,” ujarnya.
Setyo juga mengimbau kepada kalangan media, terutama media arus utama untuk turut mengelola psikologi pasar.
“Kami nanti akan mengundang pada pemimpin redaksi agar hati-hati dan cermat dalam pemberitaan, sebab berita dari media juga dapat memicu gejolak harga. Misalkan diberitakan menjelang puasa harga komoditi tertentu akan naik, keesokan harinya harga betul-betul naik. Jadi penting untuk mengelola psikologi pasar ini,” ucap Setyo.
Dia mencontohkan, dengan adanya hoaks atau berita bohong terkait dengan telur palsu. “ Berita tentang telur palsu itu tidak benar, masa harga telur yang relatif murah dipalsukan, padahal kalau dibikin telur palsu itu biayanya akan lebih mahal dari yang asli. Jadi tak mungkin itu dilakukan. Kondisi demikian juga malah dapat membuat harga daging ayam dan telur anjlok, peternak pun bisa bangkrut,” ujar Setyo.
Sementara itu Taufik Ahmad menegaskan, jika di lapangan harga bahan kebutuhan pokok jauh di atas harga eceran tertinggi, pihaknya akan segera turun tangan untuk menyelidiki penyebabnya, apakah hal itu terjadi karena pasokan dan permintaan, atau terdapat pelaku usaha yang mencoba bermain untuk memperoleh keuntungan yang tidak wajar.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.