CIREBON, KOMPAS — Puting beliung yang menerjang Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (22/3) sore, merusak lebih dari 200 rumah serta sejumlah ruangan kelas dan asrama Pondok Pesantren Al- Shighor. Aktivitas belajar pun terganggu.
Kegiatan belajar-mengajar di Ponpes Al-Shighor di Desa Eretan, Pangenan, Jumat, tidak berjalan sebagaimana mestinya. Para santri sibuk menjemur buku- buku dan pakaian yang basah akibat terkena puting beliung yang disertai hujan deras sehari sebelumnya. Bagian atap di empat ruangan kelas dan lima kamar di asrama pesantren tersebut terlepas. Pecahan genteng berhamburan di tanah.
Puluhan santri kelas XII yang harus mengikuti ujian sekolah berbasis nasional terpaksa menggunakan kelas lain. Santri tampak berpakaian bebas karena seragam sekolah mereka basah diguyur hujan. Santri juga bolak- balik memindahkan barang mereka dari asrama ke ruangan kelas dan aula. Untuk sementara, santri tinggal di sana.
"Ini jelas mengganggu aktivitas belajar. Saat ini, kami fokus kepada kelas XII yang sebentar lagi memasuki ujian nasional. Kami berharap bencana serupa tidak terulang," ujar Agus Muhaimin, Kepala Madrasah Aliyah Al-Shighor. Polisi, TNI, relawan, dan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon turut membantu santri membersihkan material sisa puting beliung.
Menurut Agus, puting beliung yang ditandai dengan angin kencang menerjang wilayah Eretan pada Kamis sekitar pukul 16.00. Saat itu, puluhan santri tengah belajar di dua kelas di lantai dua. Bagian atap kelas tersebut pun seketika rusak. Rangka baja dan seng ikut terbang.
"Kami segera mengajak santri untuk turun ke lapangan. Alhamdulillah, tidak ada korban," ujar Syarifuddin, pengurus Ponpes Al-Shighor.
200 rumah
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon Eman Sulaeman mengatakan, puting beliung merusak bagian atap sekitar 200 rumah di Desa Getrakmoyan dan sejumlah bangunan di Ponpes Al-Shighor di Desa Ender. Setidaknya 10 rumah tertimpa pohon. Tanaman jagung dan tebu ikut tumbang.
Menurut Eman, sejumlah satuan petugas BPBD Kabupaten Cirebon disiagakan di kedua desa tersebut. Pihaknya juga telah menyediakan genset untuk membantu penerangan saat listrik padam. Pangenan merupakan daerah pantai utara Cirebon, sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Cirebon. Kuwu (Kepala Desa) Ender Iwan Sovwan mengatakan, baru kali ini puting beliung menerjang desanya.
Menurut prakirawan BMKG Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn, angin kencang dipicu dari awan hitam pekat atau awan Cumulonimbus. Awan tersebut menyebabkan hujan deras dan angin kencang karena mendapat dorongan dari dalam awan atau biasa disebut downburst. Kecepatan angin bisa mencapai 25 knot atau 45 kilometer per jam.
Menurut dia, puting beliung masih berpotensi terjadi di wilayah Cirebon hingga pekan depan. "Masyarakat harus tetap waspada terhadap pohon tumbang dan petir," ujar Ahmad.
Sementara itu, cuaca buruk melanda 11 wilayah perairan di Papua dan Papua Barat, Jumat (23/3). Tinggi gelombang berkisar 2 meter hingga 6 meter. Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura mengimbau pihak-pihak terkait mewaspadai kondisi itu.