JANTHO, KOMPAS — Panen perdana produksi garam dengan metode geomembran di Desa Lam Ujong, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, cukup melimpah. Selain itu, harga jual juga membaik, yakni Rp 7.000 per kilogram, sehingga musim panen disambut bahagia oleh petani. Puncak produksi diperkirakan April hingga Juni seiring masuk musim kemarau.
Panen perdana memang belum maksimal, tetapi hasilnya cukup memuaskan para petani. Dalam satu bedeng ukuran 3 meter x 22 meter menghasilkan garam 700 kilogram. Di sana terdapat 9 bedeng. Artinya, panen perdana dari Kelompok Tani Garam Lam Ujong mencapai 6,3 ton.
Ketua Kelompok Tani Garam Lam Ujong Azhar (50) dan anggota kelompok, Abdullah (60), Jumat (23/3), saat ditemui Kompas di lokasi produksi sedang memanen garam. Dua lelaki tua yang telah menjadi petani garam puluhan tahun itu tersenyum bahagia menyambut panen perdana.
”Lebih enak menggunakan cara seperti ini. Sistem kerja mudah dan hasilnya melimpah,” kata Azhar. Garam tersebut dipasarkan ke kedai-kedai dan industri rumah tangga di Kabupaten Aceh Besar. Harga jual mencapai Rp 7.000 per kilogram. Artinya, potensi pendapatan Kelompok Tani Garam Lam Ujong dari panen perdana mencapai Rp 44 juta.
”Kelompok kami beranggota enam orang. Hasil penjualan dibagi rata, tetapi sebagian kami sisihkan untuk modal produksi selanjutnya,” kata Azhar.
Pertama
Produksi garam dengan metode geomembran baru pertama kali diterapkan di Aceh. Inovasi tersebut diinisiasi oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh. Metode geomembran merupakan cara produksi garam menggunakan plastik sebagai alas. Untuk menghindari hujan di bagian atas dipasangi atap yang juga berbahan plastik.
Kepala Seksi Pengembangan Usaha Pesisir Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Afrizal mengatakan, metode geomembran diterapkan untuk meningkatkan produksi garam di Aceh. Saat ini program tersebut diterapkan di lima kabupaten, yaitu Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, dan Aceh Utara.
Tempat produksi tersebut dikelola oleh kelompok tani garam. Peralatannya dibantu oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh. Menurut Afrizal, meski program tersebut masih uji coba, hasilnya cukup baik. Dalam satu bedeng, garam yang dihasilkan mencapai 700 kilogram. (AIN)