MALANG, KOMPAS — Keberadaan Ekowisata ”Kebun Kopi Amadanom” di Desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tidak saja dibuat sebagai wahana wisata, tetapi juga media pembelajaran bagi anak muda akan potensi kopi setempat. Setelah diluncurkan akhir Januari 2018, kini pengelola ekowisata mulai menggandeng pihak sekolah.
Pembina Ekowisata Kebun Kopi Amadanom Jajang Somantri mengatakan, ada dua sekolah yang saat ini telah dirangkul. Keduanya adalah SMK 1 Ampelgading dan SMA 1 Dampit. Ke depan, akan dikembangkan ke sekolah-sekolah lain melalui penandatanganan nota kesepahaman dengan pihak terkait.
”Kemarin, selama beberapa hari, para siswa belajar penanganan tanaman kopi dari hulu ke hilir dalam rangka memperkenalkan life skill soal kopi di sekolah,” ujarnya, Minggu (25/3). Menurut Jajang, para siswa sekolah diperkenalkan mulai dari teknik pembibitan, budidaya, pascapanen, pemilihan kopi cacat, hingga teknik penyajian ala barista.
Seperti diketahui, Kecamatan Dampit yang berada di wilayah selatan Gunung Semeru merupakan salah satu sentra utama kopi robusta di Malang. Selain Dampit ada juga Kecamatan Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, dan Tirtoyudo. Kopi produksi petani di empat kecamatan ini kemudian lazim disebut sebagai Amstirdam (akronim nama keempat daerah) atau kopi Dampit.
Produksi kopi Amstirdam dan daerah lainnya di Kabupaten Malang mencapai 16.267 hektar yang tersebar di lereng Gunung Semeru, Kawi, dan Arjuna. Dari jumlah tersebut, luas tanaman kopi robusta mencapai 14.948 hektar (91,9 persen) dan sisanya 1.319 hektar (8,1 persen) arabika. Jika kondisi cuaca bagus, produktivitas kopi bisa mencapai 1,1 ton per tahun per hektar.
Sebagian besar kopi Amstirdam sudah diekspor melalui perusahaan PT Asal Jaya Dampit. Dalam setahun, pabrik kopi ini mampu mengekspor 45.000 per tahun ke sejumlah negara. Daya serap pabrik sendiri mencapai 50.000-60.000 ton. Dari kapasitas daya serap tersebut, pabrik baru bisa mendapatkan sekitar 25.000 ton kopi dari petani setempat, sisanya dari luar daerah.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang Nasri Abdul W membenarkan soal langkah memasukkan kopi dalam dunia pendidikan. ”Harapannya hal itu bisa memberikan edukasi kepada anak didik agar mengenal dan tumbuh cita-cita menjadi petani, baik di tingkat hulu maupun budidaya sampai hilir atau pemasaran,” katanya.
Ekowisata Kebun Kopi Amadanom memiliki luas 2.500 meter persegi (bagian atas) dan 10 hektar (bagian bawah/lembah). Bagian atas lebih bernuansa edukasi, ada pohon-pohon kopi, bibit, alat pascapanen, tempat ngobrol, dan gerai penjualan produk. Sementara bagian bawah, terdiri dari kebun kopi dan kandang ternak. Lahan yang dipakai merupakan milik Kelompok Tani Harapan, Desa Amadanom, yang sekaligus menjadi pengelola ekowisata.