BANDA ACEH, KOMPAS — Lintas komunitas perempuan di Banda Aceh, Provinsi Aceh, menggelar kampanye antikekerasan pada perempuan dan tuntutan pemenuhan hak-hak perempuan. Kampanye digelar di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Minggu (25/3/2018).
Kampanye dihadiri juga oleh istri Gubernur Aceh Darwati A Gani, mantan Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh Nevi Ariyani, aktivis perempuan, dan masyarakat sipil.
Mereka berjalan kaki mengelilingi Lapangan Blang Padang dengan mengusung poster dan spanduk berisi kampanye terhadap perlindungan perempuan. Setelah mengelilingi lapangan, mereka melakukan diskusi kasus-kasus aktual terkait perempuan.
Kampanye tersebut bagian dari peringatan Hari Perempuan Dunia yang jatuh pada 8 Meret, Hari Air Dunia 22 Maret, dan Hari Kebenaran Internasional 24 Maret. Peringatan tiga momen tersebut digelar berbarengan karena semuanya berkaitan erat dengan kondisi perempuan saat ini.
Darwati A Gani mengatakan, hak perempuan belum sepenuhnya terpenuhi. Perempuan masih tertinggal di banyak sektor, seperti pendidikan, politik, dan pekerjaan, serta belum terbebas dari kekerasan.
Catatan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh pada 2017 jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sebanyak 687 kasus. Meski sedikit turun dibandingkan 2016 yakni 711 kasus, angka tersebut masih cukup tinggi.
”Saya mengajak perempuan bangkit bersama untuk lebih berdaya. Jika diberikan kesempatan, perempuan juga mampu untuk berkarya,” kata Darwati.
Tahun depan, Indonesia kembali menggelar pemilihan legislatif. Darwati mendorong perempuan yang cakap baik secara keilmuan dan ketokohan untuk mencalonkan diri sebagai anggota Dewan.
”Semakin ramai perempuan di legislatif, kebijakan yang dilahirkan semakin properempuan. Saya mengajak perempuan memilih perempuan pada pemilu mendatang,” kata Darwati.
Jika diberikan kesempatan, perempuan juga mampu untuk berkarya,
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh Nevi Ariyani menuturkan, perempuan harus bersatu untuk menyuarakan aspirasinya. Nevi mengajak lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di isu perempuan bersama-sama mendampingi dan memberikan pendidikan kepada perempuan.
Pada akhir pertemuan, para perempuan membaca delapan tuntutan, antara lain mencabut kebijakan diskriminatif, penghapusan kekerasan, menyelesaikan secara hukum kasus kekerasan yang dialami perempuan, dan pelayana kesehatan yang layak.