Di sela-sela kunjungan kerja ke Malang, Rabu (28/3/2018) petang, Presiden Joko Widodo mengunjungi Malang Town Square. Sontak para pengunjung antusias mendekat dan berharap bisa bersalaman atau berfoto bersama Presiden.
Salah seorang pengunjung yang beruntung dan berfoto bersama Presiden adalah Martha (30), warga Karangploso. Martha yang sedang bersiap menonton film Danur bersama suaminya, Arif Bachtiar (35), gembira bukan kepalang. Martha diajak berfoto dengan Presiden Jokowi.
”Presiden malah ngajak foto. Ramah banget orangnya. Seneng,” ujarnya.
Di bioskop Cinemaxx, Presiden disambut salah satu aktor sekaligus penulis skenario film Yowis Ben, Bayu Skak. Di Studio 2 telah menunggu sutradara Fajar Nugros serta beberapa aktor, antara lain Brandon Salim dan Joshua Suherman.
Film ini menggunakan bahasa Jawa Timur-an yang lazim digunakan anak-anak muda dalam pergaulan sehari-hari. Film ini juga menceritakan masalah anak-anak SMA.
Bayu (Bayu Skak) awalnya minder dengan keadaan diri yang pas-pasan. Karena itu, kendati menyukai Susan (Cut Meyriska), Bayu hanya memendam perasaannya, sampai Susan mengirim pesan suara ke telepon pintarnya dan Bayu pun baper. Untuk mengubah diri menjadi lebih populer, Bayu membentuk band bersama kawannya, Doni (Joshua Suherman).
Presiden Jokowi pun mengapresiasi film yang berlatar Kota Malang ini. ”Saya senang sekali ada sebuah film yang berbahasa daerah Jawa Timur-an. Ini film anak muda yang wajib ditonton oleh yang merasa muda. Bagus sekali, banyak lucunya, alur ceritanya juga bagus,” tutur Presiden seusai menonton.
Presiden juga gembira dengan perkembangan perfilman Indonesia. Jumlah bioskop Indonesia melonjak, demikian pula jumlah penontonnya. Film Indonesia yang masuk bioskop Indonesia pun meningkat, tak lagi 10 persen, tetapi sampai 40 persen.
Selain itu, jumlah penonton Indonesia juga meningkat. Pada 2017, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menyebutkan, jumlah penonton mencapai 42,7 juta orang. Dalam situs Katalog Film Indonesia disebutkan bahwa tahun 2016 jumlah penonton Indonesia baru 37,2 juta.
Jumlah layar bioskop di Indonesia juga meningkat pesat dalam lima tahun terakhir. Hingga Desember 2017, terdapat 263 gedung bioskop dengan 1.412 layar. Pada 2012, baru ada 145 gedung bioskop dengan 609 layar saja.
Presiden berharap, dengan semakin banyaknya bioskop yang memutar film nasional, hal itu akan memberikan kesempatan kepada pembuat film untuk tumbuh dan berkreasi.
”Memberikan kesempatan dan peluang untuk filmmaker di negara kita semakin tumbuh karena jumlah penonton banyak, artinya membuat film itu (berpotensi) untung,” ujar Presiden.
Kendati demikian, peningkatan jumlah bioskop dan pembuatan film tidak diiringi dengan peningkatan jumlah kru pembuat film. ”Saya mendapatkan kabar bahwa pembuatan film ini kekurangan kru, berarti harus kita isi kekurangan-kekurangan yang ada,” lanjut Presiden.
Kekurangan kru film ini bisa dilihat sebagai kabar baik berupa lapangan pekerjaan. Namun, kekosongan itu harus segera diisi. Saat ini, sudah ada 120 sekolah menengah kejuruan (SMK) yang memiliki jurusan yang berkaitan dengan perfilman, tetapi baru 18 yang direvitalisasi.
Oleh karena itu, Presiden meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang mendampinginya menonton film untuk mendorong peningkatan kualitas SMK, baik dari sisi pengajar maupun sarana dan prasarana.