SENTANI, KOMPAS — Berni Fellery Kunu (24), seorang tenaga kesehatan dari lembaga penerbangan misi, dibunuh sekelompok warga yang mengaku bagian dari kelompok kriminal bersenjata di Kampung Yabosorom, Distrik Pamek, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Kamis (29/3). Jenazah korban telah dievakuasi ke Jayapura pada Sabtu (31/3).
Korban bekerja sebagai perawat dari lembaga penerbangan misi Adventis Aviation, berpusat di Doyo, Sentani, Kabupaten Jayapura. Ia bersama dua rekannya, yakni Mervel Liogu dan Helena Habel, bertugas memberikan pelayanan kesehatan secara sukarela kepada masyarakat di Yabosorom.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, saat dihubungi dari Sentani, mengatakan, 23 orang dengan membawa parang dan panah mendatangi rumah korban dan kedua rekannya di Yabosorom, Kamis, sekitar pukul 09.00 WIT. Mereka terdiri atas 19 laki-laki dan 4 perempuan yang menyatakan diri sebagai bagian dari kelompok kriminal bersenjata.
Saat itu, korban beraktivitas di sebuah kali yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah. Orang-orang itu kemudian menggeledah rumah tersebut dan menginterogasi Mervel dan Helena dengan tuduhan sebagai anggota intelijen dari Pemerintah RI. Setelah itu, mereka mengejar korban dan membunuhnya di pinggir kali.
”Mervel dan Helena ketakutan dan hanya bersembunyi di rumah. Mereka baru (Jumat, 30/3/2018) keluar rumah dan mencari korban di sekitar kali. Akhirnya korban ditemukan dalam kondisi tewas dengan luka berat di sejumlah bagian tubuhnya,” tutur Boy.
Boy mengatakan, jenazah korban telah divisum tenaga medis di Rumah Sakit Bhayangkara, Jayapura. Setelah visum, jenazah korban diterbangkan ke kampung halamannya di Minahasa, Sulawesi Utara.
Tim dari Kepolisian Resor Pegunungan Bintang masih menyelidiki keberadaan para pelaku. Dari pengakuan aparat Distrik Pamek dan warga, para pelaku bukan warga setempat. ”Perbuatan itu tidak berperikemanusiaan karena menyerang tenaga kesehatan yang sukarela melayani masyarakat di daerah pedalaman,” kata Boy.
Kantor Adventis Aviation di Doyo tutup dalam rangka peringatan Paskah hingga Senin (2/4) besok. Tidak ada yang dapat memberikan keterangan terkait dengan peristiwa itu.
Pertama kali terjadi
Mantan direktur lembaga Associated Mission Aviation Papua dan pengamat penerbangan perintis, Djarot Soetanto, mengatakan, peristiwa seperti ini baru pertama terjadi dalam puluhan tahun kegiatan penerbangan misi di Papua.
Biasanya warga pedalaman menyambut baik tenaga dari lembaga penerbangan misi karena bisa mendapatkan layanan penerbangan dan kesehatan gratis. ”Hanya lembaga penerbangan misi yang menjangkau daerah-daerah terisolasi di Papua. Kami menyayangkan peristiwa itu,” ujar Djarot.
Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letnan Kolonel (Inf) Lukas Sadipun mengatakan, Pegunungan Bintang masuk dalam wilayah operasi satuannya. Upaya pengejaran terhadap para pelaku memerlukan waktu karena lokasi yang sangat jauh dan kondisi geografisnya sulit.
”Distrik Pamek hanya dapat dijangkau dengan pesawat berbadan kecil. Diperlukan waktu sekitar 10 hari berjalan kaki dari Oksibil (ibu kota Pegunungan Bintang) untuk mencapai distrik tersebut,” kata Lukas.