Pemberdayaan dan Pendampingan Masyarakat Diutamakan
Oleh
Dionisius Reynaldo Triwibowo
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat menjadi yang utama dalam upaya penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah. Namun, hal tersebut tidak bisa dilakukan pemerintah saja. Semua pihak, termasuk lembaga dan organisasi, perlu membantu.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Provinsi Kalimantan Tengah Darliansjah di sela-sela rapat koordinasi usulan dana alokasi khusus (DAK) Provinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (2/4/2018).
”Masyarakat adalah yang utama karena mereka yang paling dekat dengan lokasi kejadian kebakaran. Mereka juga ujung tombaknya,” ungkap Darliansjah.
BPB-PK, kata Darliansjah, hanya memiliki dana sebesar Rp 6 miliar yang dibagi untuk gaji karyawan sehingga hanya tersisa Rp 3,5 miliar untuk penanggulangan dan pendampingan. Meskipun minim anggaran, pihaknya dituntut untuk bekerja optimal.
”Kerja sama itu mutlak. Kalau tidak, masyarakat tidak akan siap,” ungkap Darliansjah.
Darliansjah menambahkan, selama ini pihaknya sudah bekerja sama dengan beberapa organisasi nonprofit, seperti Yayasan Borneo Nature Foundation (BNF), untuk mendampingi masyarakat.
Di Kota Palangkaraya terdapat dua kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) dampingan BNF bersama BPB-PK Kalimantan Tengah. Dua kelompok tersebut adalah MPA Sabaru dan MPA Kereng Bangkirai.
”Mereka dilibatkan dalam pembuatan sekat kanal untuk membasahi gambut. Jadi, mereka tidak hanya menerima sosialisasi, tetapi juga terlibat dalam upaya konservasinya,” ungkap Asisten Program Konservasi BNF Koesmayadi.
Koesmayadi menambahkan, terdapat dua kelompok MPA yang masing-masing berisi 25 anggota dan empat pendamping. Mereka diberikan insentif sebesar Rp 300.000 per bulan selama setahun berjalannya program tersebut.
”Selain mendapatkan pengetahuan dan pendampingan, mereka juga diberi insentif agar kerjanya lebih maksimal lagi,” kata Koesmayadi.
Rusdianto (35), salah satu anggota MPA Kereng Bangkirai, mengatakan, pada 2015 wilayah di sekitar perumahannya banyak terbakar. Sebagian besar karena lahan tersebut merupakan lahan tidur.
”Sekarang sudah banyak pengetahuan, bukan hanya menjaga lahan, melainkan juga memanfaatkannya,” kata Rusdianto.