MANADO, KOMPAS — Penemuan kembali musang sulawesi di wilayah Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memberikan harapan baru untuk penelitian lebih jauh tentang satwa langka tersebut. Selama ini, jumlah populasi, perilaku, dan habitat hewan itu masih diselimuti misteri.
Kepala Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) Lukita Awang, di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (3/4/2018), menyebutkan, musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii) kemungkinan hidup di sejumlah kawasan hutan primer yang membentang dari Doloduo, Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara hingga Maelang di Sulawesi Tengah.
Menurut Lukita, musang sulawesi juga pernah terlihat di kawasan hutan Maelang, Sulteng, tahun 2003. Penemuan kembali musang sulawesi pada akhir Maret lalu memberi gairah pihak Balai TNBNW untuk melakukan penelitian.
”Misteri musang sulawesi mulai terungkap, memberi stimulus bagi kami untuk meneliti lebih jauh. Selama ini, kami tidak memiliki data tentang populasi dan habitatnya,” ujar Lukita.
Terdapat tiga jenis musang yang merupakan endemik Pulau Sulawesi. Selain musang sulawesi, dua jenis musang lainnya adalah musang tenggalung (Viverra tangalunga) dan musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus).
Lukita menuturkan, musang sulawesi hidup di kawasan hutan bagian dalam (primer) sehingga keberadaannya sulit ditemukan. Adapun dua jenis musang lain mudah ditemukan karena hidup di pinggiran hutan dan areal perkebunan warga.
Musang sulawesi merupakan predator terbesar di Pulau Sulawesi. Hewan pemalu yang hidup soliter ini belum banyak diketahui kehidupannya. Sebagai satwa karnivora, musang sulawesi memakan tikus dan burung.
Musang sulawesi memiliki bulu-bulu halus di bagian tubuh beserta lapisan tipis yang lembut dan pendek berwarna coklat pada bagian belakang. Adapun bagian depan tubuhnya berwarna kuning hingga putih dengan dada berwarna agak kemerahan.
Ada pula ciri bintik-bintik hitam pada bagian punggung yang tersembunyi. Pada bagian ekor hewan itu terdapat cincin hitam yang berselang-seling dengan cincin kuning dan ujung ekor berwarna hitam. Panjang badan musang sulawesi jantan 70 sentimeter dan badan betina sepanjang 65 sentimeter.
Alfons Pattandung, aktivis pemerhati satwa langka di Bolaang Mongondow, menyatakan, berkurangnya populasi musang sulawesi diakibatkan hutan telah dirambah secara masif oleh warga pada periode 2000-2010.
Ia mengatakan, jumlah musang sulawesi susah diperkirakan karena data terbatas. pada hutan-hutan dataran rendah telah dilakukan pembabatan pohon secara luas, sedangkan hutan dataran tinggi susah diakses oleh musang sulawesi karena telah ditempati oleh manusia.