MEDAN, KOMPAS — Taman Bumi Kaldera Toba di Sumatera Utara dibenahi agar lolos menjadi anggota Taman Bumi Global UNESCO. Tim penilai dari UNESCO direncanakan hadir ke Toba pada Juni 2018. Pemerintah berfokus mengoperasikan pusat informasi, membuat papan panel, pertunjukan rakyat, konservasi, dan menghidupkan ekonomi masyarakat.
”Status sebagai anggota Taman Bumi Global UNESCO (UGG) sangat penting untuk promosi pariwisata Danau Toba ke dunia. Taman bumi juga untuk memastikan pengelolaan Kaldera Toba mengedepankan konservasi dan ekonomi masyarakat,” kata General Manager Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba Hidayati, di Kampus Politeknik Akademi Pariwisata Medan, Senin (2/4/2018).
UGG, yang sebelumnya disebut Jaringan Taman Bumi Global (GGN), merupakan konsep pembangunan kawasan yang mengedepankan konservasi, edukasi, dan pengembangan sosial ekonomi masyarakat. Pembangunannya memadukan unsur geologi, keanekaragaman hayati, dan budaya.
Saat ini, ada sekitar 120 taman bumi yang terdaftar sebagai anggota UGG yang tersebar di 33 negara. Indonesia sendiri sudah mempunyai dua taman bumi anggota UGG, yakni Gunung Batur di Bali dan Gunung Sewu yang meliputi Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa tengah.
Taman Bumi Kaldera Toba yang berada di tujuh kabupaten di Sumut itu sebelumnya sudah pernah diajukan menjadi anggota UGG. Tim penilai dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) turun ke Kaldera Toba pada 2015 dan menyatakan taman bumi itu belum memenuhi kriteria menjadi anggota UGG. UNESCO memberi waktu paling cepat dua tahun untuk mengajukan kembali Taman Bumi Kaldera Toba menjadi anggota UGG.
Hidayati yang juga Kepala Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Sumut mengatakan, ada sejumlah rekomendasi yang disampaikan UNESCO pada 2015, antara lain pelibatan ekonomi masyarakat, pengoperasian pusat informasi, penyediaan air bersih, toilet bersih, papan informasi, toko suvenir, dan konservasi lingkungan.
Sudah hidup
Menurut Hidayati, ekonomi masyarakat berbasis taman bumi sebenarnya sudah hidup sejak dulu di kawasan Kaldera Toba, tetapi belum dikonsolidasikan sebagai bagian dari pengelolaan kawasan berbasis taman bumi. Di kawasan Kaldera Toba, misalnya, sudah ada penenun ulos atau kain tradisional Batak.
Ekonomi masyarakat juga sudah tumbuh dari hasil bumi berbasis keanekaragaman hayati di Kaldera Toba. Masyarakat sudah mengembangkan spesies endemik Kaldera Toba sebagai sumber kehidupan, seperti andaliman, kemenyan, mangga muara, mangga samosir, dan kambing samosir.
Pariwisata berbasis budaya juga sudah ada sejak dulu, seperti wisata Makam Raja Sidabutar di Samosir dan wisata berbasis pertunjukan budaya. Di Kabupaten Toba Samosir juga ada TB Silalahi Centre yang menjadi pusat informasi kebudayaan Batak. ”Prinsip-prinsip pengelolaan berbasis taman bumi sudah hidup di Kaldera Toba,” ujar Hidayati.
Hidayati mengatakan, mereka juga melakukan penyederhanaan manajemen Taman Bumi Kaldera Toba. Jika pada 2015 ada 45 geosite dan 4 geoarea, kini hanya ada 16 geosite dan tidak ada lagi penyebutan geoarea. Beberapa geosite digabung dan ada yang dihapus karena tidak ada aktivitas masyarakat.
Melalui pusat informasi, kata Hidayati, mereka akan menjual kekayaan geologi Kaldera Toba. ”Wisatawan akan lebih terkesan jika tahu mereka berada di kawasan gunung api purba Toba yang pernah meletus dahsyat 74.000 tahun lalu, salah satu letusan terbesar yang pernah ada itu pernah mengubah kehidupan di Bumi,” ujarnya.
Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo mengatakan, Taman Bumi Kaldera Toba akan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan asing sebagai destinasi wisata edukasi yang menarik.
Arie mengatakan, paket wisata yang dipadukan dengan penerbangan langsung carter Singapura-Silangit sangat diminati wisatawan asing. Sejak penerbangan itu dibuka pada Oktober 2017, sudah terjual sekitar 1.000 paket atau lebih dari 90 persen paket yang ditawarkan.
Menurut Arie, turis asing semakin tertarik datang ke kawasan Danau Toba karena kini dapat ditempuh 50 menit penerbangan dari Singapura.
Direktur Politeknik Akademi Pariwisata Medan Anwari Masatip mengatakan, pihaknya terus mendukung pengembangan pariwisata Danau Toba. Dukungan itu antara lain dengan melakukan penelitian-penelitian tentang kualitas layanan pariwisata. (NSA)