SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, segera meluncurkan bus dengan pembayaran sampah plastik. Terobosan ini dibuat untuk menciptakan budaya peduli sampah plastik yang tergolong sampah sulit terurai.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Selasa (3/4/2018), di Surabaya, mengatakan, bus yang dinamakan Bus Suroboyo ini akan segera dioperasikan bulan ini. Berbeda dengan bus yang sudah beroperasi sebelumnya di Surabaya, metode pembayaran Bus Suroboyo bisa menggunakan uang nontunai dan sampah plastik.
Penggunaan sampah plastik sebagai alat pembayaran dilakukan untuk mendorong warga mengelola sampah plastik. Sebab, sampah plastik termasuk sampah yang sulit terurai di tanah sehingga jika dibuang sembarangan bisa merusak lingkungan.
Pemkot Surabaya ingin membuat warga menganggap sampah plastik sebagai barang berharga yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran transportasi umum. Dengan demikian, diharapkan warga semakin peduli terhadap sampah plastik dan tidak membuangnya di sembarang tempat. Mereka bisa mengumpulkan sampah plastik untuk membayar biaya perjalanan menggunakan Bus Suroboyo.
”Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya sedang berkoordinasi dengan bank sampah dan kader sampah untuk mengelola sampah yang digunakan sebagai pembayaran di Bus Suroboyo,” kata Risma.
Berdasarkan data DKRTH Kota Surabaya, ada sekitar 2.900 ton sampah yang dihasilkan 3 juta warga Surabaya. Dari sampah tersebut, sekitar 1.600 ton sampah di antaranya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Sampah di TPA Benowo ini 60 persen di antaranya merupakan sampah organik.
Risma mengatakan, sampah yang dibuang ke TPA Benowo adalah sampah yang tidak bisa diolah warga. Sebanyak 1.300 ton sampah per hari telah diolah di 227 bank sampah dengan nasabah mencapai 11.059 orang. ”Sampah yang diangkut ke TPA Benowo sudah sangat berkurang karena beberapa di antaranya diolah masyarakat melalui bank sampah, rumah kompos, dan daur ulang menjadi produk kerajinan,” ujar Risma.
Bus Suroboyo ini didesain dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan penggunanya. Tujuannya agar bisa menarik pengendara kendaraan pribadi beralih menggunakan kendaraan umum agar bisa mengurangi kemacetan.
Oleh karena itu, kata Risma, di sektor keamanan, bus seharga Rp 2,4 miliar per unit ini dilengkapi sembilan kamera pemantau (CCTV) di bagian dalam dan tiga kamera di bagian luar. Hal ini untuk mengantisipasi tindak kejahatan yang bisa saja terjadi di dalam bus.
Delapan bus baru
Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya Irvan Wahyudrajat mengatakan, ada delapan bus baru yang segera dioperasikan bulan ini. Bus yang dinamakan Bus Suroboyo ini memiliki trayek dari Terminal Purabaya hingga Jembatan Merah Plaza. Trayek ini sama dengan trayek 22 bus Damri PAC 1 sehingga nantinya bakal ada 30 bus yang beroperasi di rute tersebut.
”Rute yang melintas di tengah kota Surabaya diharapkan bisa menarik para pelaju dari luar Surabaya beralih menggunakan bus ini jika ingin bepergian ke dalam kota,” ujar Irvan.
Bus milik Pemkot Surabaya itu menurut rencana beroperasi pada pukul 05.00 hingga 22.00. Di sepanjang rute 31 kilometer ini, penumpang bisa menunggu di 39 halte dengan waktu tunggu sekitar 10 menit tiap bus. Bus tersebut sudah dua kali melakukan uji coba dan tidak menemui kendala berarti.
Irvan mengatakan, Bus Suroboyo memiliki tempat duduk 41 kursi, 16 kursi di antaranya merupakan kursi khusus perempuan. Bus juga dilengkapi tempat duduk khusus penyandang difabel dan bisa menampung hingga 28 penumpang berdiri. Jika penumpang ingin turun, disediakan tombol khusus di dekat pintu bus. ”Tahun depan akan ditambah 10 bus lagi,” ujarnya.
Bus ini akan terhubung dengan aplikasi Gobis yang dikembangkan Dishub Surabaya. Dalam aplikasi yang bisa diunduh di ponsel dengan sistem operasi Android ini, penumpang bisa melihat lokasi bus secara real time sehingga bisa memperkirakan waktu kedatangannya. ”Kami masih perlu menyempurnakan posisi bus dengan Global Positioning System agar lebih akurat,” katanya. (SYA)