JENEPONTO, KOMPAS — Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Jeneponto 1 berkapasitas 72 megawatt di Sulawesi Selatan ditargetkan rampung Juli 2018. Target ini maju dari rencana sebelumnya, yakni tahun 2019. Proyek pembangkit listrik tenaga angin ini menambah jumlah listrik berbasis energi terbarukan yang ada di Sulsel setelah sebelumnya juga hadir PLTB Sidenreng Rappang.
Pantauan Kompas di lokasi pembangunan PLTB Jeneponto di Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Rabu (4/4/2018), sebagian besar komponen dan peralatan sudah berada di lokasi. Lokasi pembangunan itu berjarak 94 kilometer arah selatan Kota Makassar.
Pengerjaan pengecoran tempat turbin seluruhnya sudah rampung. Begitu juga dengan 60 bilah yang akan dipasang pada turbin semuanya sudah berada di lokasi. Adapun menara turbin saat ini sebagian masih berada di Pelabuhan Makassar dan secara berangsur diangkut ke Jeneponto.
”Target kami Juli tahun ini semua sudah terpasang dan siap untuk diuji coba. Sejauh ini semua berjalan lancar dan pemerintah cukup mendukung kami. Jadi tak ada alasan untuk menunda,” kata Direktur Konstruksi PT Energi Bayu Jeneponto Peter Oliver.
PLTB Jeneponto 1 dibangun di atas lahan seluas 60 hektar yang meliputi tiga kecamatan dan delapan desa/kelurahan. Tiga kecamatan ini adalah Turatea, Batang, dan Binamu. Di lokasi ini nantinya akan terdapat 20 menara turbin.
Setiap menara memiliki tinggi 135 meter yang masing-masing dilengkapi tiga bilah. Setiap bilah sepanjang 64,4 meter. Setiap turbin memiliki kapasitas 3,6 MW sehingga total kapasitas daya 72 MW.
PLTB itu dibangun atas kerja sama PT Energi Bayu Jeneponto bersama beberapa perusahaan asal Denmark. Adapun independent power producer (IPP) pemilik PLTB Jeneponto adalah Equis, yang nilai investasinya mencapai 150 juta dollar AS (sekitar Rp 2 triliun). Dalam proyek ini, Pemerintah Provinsi Sulsel dan Pemerintah Kabupaten Jeneponto membantu kemudahan berbagai perizinan, termasuk pembebasan lahan.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan, proyek PLTB Jeneponto, dan sebelumnya PLTB Sidrap, adalah komitmen pemerintah mengembangkan energi baru terbarukan. ”Proyek Jeneponto akan dikembangkan ke tahap dua, begitu pula Sidrap. Kami juga sudah mempersiapkan sejumlah pembangkit energi terbarukan lainnya di Kabupaten Takalar dan Selayar. Sulsel punya potensi untuk mengembangkan energi tenaga bayu, matahari, dan air,” katanya.
Sementara itu, General Manager PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara Bambang Yusuf mengatakan, pembangkit energi bayu yang ada di Sulsel terbilang terbesar di Asia Tenggara. Proyek ini bukan hanya menambah daya listrik di Sulsel, melainkan juga meningkatkan kapasitas energi baru terbarukan yang dimiliki PLN.
”Saat ini kapasitas terpasang di Sulsel berkisar 1.500 MW, belum termasuk PLTB Jeneponto. Dari jumlah ini, 400-600 MW berasal dari energi baru terbarukan. Selain PLTB dengan daya listrik yang cukup besar, kita juga memiliki banyak pembangkit listrik mikrohidro dan surya yang digunakan di pulau-pulau dan daerah terpencil. Kami juga terus mengembangkan energi baru terbarukan,” kata Bambang.
Menurut Syahrul, saat ini Sulsel memiliki cukup listrik untuk pengembangan industri ataupun agrobisnis. Berdasarkan data PLN, dengan kapasitas terpasang sekitar 1.500 MW, beban puncak hanya mencapai 1.100 MW. Artinya, masih ada surplus listrik sekitar 400 MW.