Pantauan Kompas di Pantai Banua Patra, kemarin, ceceran minyak di pasir pantai tidak sebanyak hari sebelumnya. Ketebalan minyak juga tidak sepekat dua hari lalu. Tetapi, bercak-bercak berwarna hitam dan lapisan minyak masih tersebar merata.
Sejak pagi, ratusan personel TNI, Polri, dan Pertamina membersihkan pesisir, antara lain di Semayang, Melawai, Banua Patra, Monpera, hingga Kilang Mandiri.
General Affairs Manager Pertamina Refinery Unit V Eko Harnanto mengatakan, limbah minyak diangkut ke fasilitas Pertamina. ”Kami melakukan pemisahan agar minyak terpisah dari air. Jumlah limbah yang sudah dikumpulkan (dua hari) dari darat (pantai) dan laut belum dihitung,” ujar Eko.
Meski menargetkan pembersihan selama empat hari, pembersihan kawasan pantai akan dilakukan sampai dianggap benar-benar bersih. ”Semoga dalam beberapa hari sudah bersih (dari minyak),” ujar Komandan Kodim 0905/Balikpapan Kolonel (Inf) Hendri Wijaya.
13 kilometer
Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan memperkirakan pesisir pantai yang terdampak minyak sepanjang 13 kilometer dan yang terparah adalah pesisir yang dekat dengan pusat kota. Pihak Pertamina mengestimasi kawasan pesisir banyaknya tumpahan minyak hanya 1,5 km-2 km.
Pemerintah Kota Balikpapan, Senin sore, menyatakan keadaan darurat atas tumpahan minyak. Kasus ini pun menyita perhatian sukarelawan dari Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Kaltim. Menurut Daud Partogi, Ketua DPD Pospera Kaltim, kasus ini sudah diketahui Presiden Joko Widodo.
”Pihak sekretaris pribadi Presiden mengontak kami untuk turun melihat apa yang terjadi. Juga membawa sampel limbah minyak ini ke Jakarta,” ujar Daud. Hingga kemarin, atau hari keempat, belum diketahui dari mana asal tumpahan minyak.
Daud menduga tumpahan minyak ini adalah minyak mentah (crude oil). Ia sudah mengambil sampel air laut yang terpapar minyak.
Sekretaris Jenderal Lembaga Bantuan Hukum Sikap Balikpapan Rio Ridhayon menyebut tumpahan minyak dalam radius luas, berarti jumlahnya banyak. Sangat kecil kemungkinan ini dilakukan korporat kecil.
Pertamina sudah mendeteksi tumpahan minyak, Sabtu (31/3) subuh. Pembersihan di titik-titik yang dianggap rawan sudah dilakukan. Namun, tumpahan minyak di laut kemudian terbakar pada Sabtu siang meski lokasinya disebut Pertamina bukan di areal Pertamina.
Korban tewas akibat terbakarnya tumpahan minyak Sabtu lalu dipastikan lima orang. Korban terakhir, Sutoyo (42), ditemukan Selasa dalam kondisi mengambang. Kelimanya pemancing yang kapal kayunya berada dekat dengan titik api. Empat korban lain ialah Imam N (41), Wahyu Gusti Anggoro (28), Suyono (55), dan Agus Salim (42). (PRA)