MEDAN, KOMPAS — Peta dukungan pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018 berubah setelah pasangan JR Saragih-Ance Selian tidak lolos sebagai peserta pilkada. Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah kini berduel dengan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus. Politik identitas dinilai akan menjadi faktor kuat yang memengaruhi pilihan rakyat.
Peta dukungan nyata berubah setelah JR Saragih mengajak pendukungnya beralih ke Djarot- Sihar. ”JR Saragih telah mengalihkan dukungan kepada Djarot-Sihar, tetapi itu secara pribadi JR Saragih. Partai Demokrat belum memutuskan akan mendukung yang mana. Pekan ini kami akan umumkan dukungan,” kata Pelaksana Tugas Ketua DPD Partai Demokrat Sumut Heri Zulkarnain, Kamis (5/4/2018).
JR Saragih-Ance Selian yang sebelumnya didaftarkan Partai Demokrat, PKB, dan PKPI itu dinyatakan KPU Sumut tidak memenuhi syarat karena legalisasi salinan ijazah SMA Saragih dinilai palsu. Saragih-Ance telah menggugat KPU Sumut ke Bawaslu Sumut dan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan. Namun, hasilnya tidak sesuai harapan mereka. JR Saragih yang Bupati Simalungun dua periode itu telah menyatakan tidak akan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.
Dengan demikian, Pilgub Sumut dipastikan hanya diikuti pasangan Edy-Musa yang diusung Gerindra, PKS, PAN, Golkar, Nasdem, dan Hanura (60 kursi dari 100 kursi di DPRD Sumut), serta pasangan Djarot- Sihar yang diusung PDI Perjuangan dan PPP (20 kursi).
Menurut Heri, suara JR Saragih dan basis Partai Demokrat di Sumut kini menjadi penentu Pilgub Sumut. ”Hasil survei internal kami, elektabilitas dua pasangan calon yang ada sekarang berimbang, masing-masing sekitar 30 persen. Suara Partai Demokrat akan menentukan kemenangan mereka,” kata Heri.
Pengajar FISIP Universitas Muhammadiyah Sumut, Arifin Saleh Siregar, mengatakan, identitas SARA masih sangat menentukan pilihan masyarakat. Beralihnya para calon pemilih Saragih kepada Djarot-Sihar diyakini tak hanya dipengaruhi ajakan Saragih, tetapi lebih dipengaruhi alasan kedekatan identitas.
Basis suara JR Saragih di daerah pegunungan Toba dan pantai barat Sumatera. Basis suaranya juga beririsan dengan Djarot-Sihar karena dukungan Sihar juga berasal dari wilayah tersebut. Dengan tidak lolosnya JR Saragih sebagai calon, basis suara pegunungan Toba diperkirakan dikuasai Djarot-Sihar.
Di Surabaya, dua pasangan kandidat Pilgub Jatim harus mengikuti tiga debat terbuka yang disiapkan KPU Jatim. Untuk debat terbuka pertama, Selasa (10/4/2018), tema yang diusung kesejahteraan rakyat.
Anggota KPU Jatim, Gogot Cahyo Baskoro, Kamis di Surabaya, mengatakan, debat terbuka kedua berlangsung 8 Mei 2018 atau hampir sebulan setelah yang pertama. Debat terbuka ketiga pada 23 Juni 2018, empat hari menjelang pemungutan suara.
”Tujuan debat terbuka, dalam kepentingan KPU, agar masyarakat yang berhak pilih dapat mengetahui kemampuan penguasaan masalah. Diharapkan pemilih menggunakan hak politiknya dalam pemungutan suara,” kata Gogot. Adapun debat terbuka itu disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi yang terikat kerja sama dengan KPU.
Untuk debat terbuka pertama, KPU Jatim berencana menghadirkan empat panelis. Mereka ialah Fauzan dari Universitas Muhammadiyah Malang, Nunuk Nuswardani (Universitas Trunojoyo), Abdul Chalik (UIN Sunan Ampel), dan pegiat antikorupsi Luthfi Kurniawan.
Pilgub Jatim juga diikuti dua pasangan. Nomor urut 1 pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil E Dardak. Nomor urut 2 pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno. (NSA/BRO)