MANADO, KOMPAS — Pengelola Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone berupaya melestarikan burung maleo (Macrocephalon maleo), satwa langka endemik Sulawesi, melalui rumah maleo. Saat ini ada tiga rumah maleo yang telah menetaskan 12.400 telur.
Ketiga rumah maleo itu terletak di Kecamatan Tambun dan Kecamatan Pusian di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, serta Hungayono di Provinsi Gorontalo. Rumah maleo pun direncanakan menjadi obyek wisata alam.
Kepala Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) Lukita Awang di Manado, Sulut, Kamis (5/4/2018), menyebutkan, ketiga rumah maleo itu dibangun sejak 2001. ”Sangat penting bagi kami memelihara kelangsungan burung maleo dari ancaman kepunahan,” katanya.
Menurut Lukita, rumah maleo menjadi model penetasan telur maleo yang bersifat semi-alami. Rumah itu berada di kawasan tempat bertelur maleo seluas 5 hektar. Diakui, perburuan telur maleo oleh masyarakat cukup gencar, sebagian telur maleo diperdagangkan.
Pada dekade tahun 2000-an, telur maleo banyak terlihat dijual di pasar-pasar tradisional di Bolaang Mongondow. Warga menyebut telur maleo memiliki khasiat kesehatan untuk menambah vitalitas tubuh manusia.
Di samping perburuan oleh manusia, telur maleo juga kerap dimakan oleh ular dan biawak. ”Setiap hari petugas balai mengumpulkan telur maleo, kemudian dibawa ke rumah maleo. Rumah maleo menjadi tempat bertelur hingga menetas yang aman,” kata Lukita.
Populasi
Lukita mengatakan, dirinya tidak memiliki data pasti populasi burung maleo di kawasan TNBNW yang mencakup Sulut dan Gorontalo. Luas TNBNW mencapai 282.000 hektar dengan sekitar 177.000 hektar berada di wilayah Sulut.
John Tasirin dari Wildlife Conservation Society (WCS) mengatakan, burung maleo merupakan satwa langka yang hanya ada di Pulau Sulawesi. Habitat terbesar maleo berada di kawasan TNBNW. Maleo terdaftar sebagai spesies genting yang terancam punah sehingga satwa ini dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.
Burung maleo memiliki tipe perkawinan monogami, yakni selalu bersama satu pasangan sepanjang tahun. Akan tetapi, maleo tidak mengerami sendiri telurnya. Maleo meletakkan telur di pasir sedalam 20-50 sentimeter pada suhu di atas 32 derajat celsius. Masa pengeraman telur maleo adalah 2-3 bulan.
Tasirin menambahkan, meskipun berada di Sulawesi, ladang peneluran maleo hanya ditemukan di daerah yang memiliki suhu tanah dan pasir berkisar 32-39 derajat celsius. (ZAL)