SEMARANG, KOMPAS — Relokasi sentra industri logam Bugangan, Kecamatan Semarang Timur, Jawa Tengah, diharapkan membangkitkan kejayaan para pelaku usaha. Pemindahan lokasi mesti dilakukan dampak normalisasi bantaran Kanal Banjir Timur sebagai program pengendalian banjir Semarang.
Hal itu mengemuka dalam dialog antara para pelaku industri kecil menengah (IKM) logam Bugangan, bersama Direktur Jenderal IKM Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng Arif Sambodo, serta Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Jumat (6/4/2018).
Hevearita mengatakan, Kemenperin telah memberi lampu hijau untuk bantuan dana alokasi khusus (DAK) guna memindahkan sentra industri Bugangan. ”Jumlah industri logam di Bugangan ada 56, dan sesuai anjuran Bu Dirjen (IKM) agar dibuatkan los. Nanti kami rapatkan,” ujarnya.
Selama ini, tempat relokasi yang disiapkan bagi para pedagang di bantaran Kanal Banjir Timur ialah Pasar Klitikan, Penggaron. Namun, kata Hevearita, sentra industri logam akan ditempatkan di lokasi khusus agar dapat kian berkembang. Ada kemungkinan ke Kecamatan Pedurungan atau Tembalang.
Ketua Paguyuban Bina Warga Bugangan Sulaiman (70) mengatakan, sentra industri logam Bugangan sudah ada sejak 1980an. Ketika itu, yang banyak diproduksi adalah kompor minyak tanah. Namun, seiring beralihnya kompor minyak ke kompor gas, penjualan menjadi menurun.
Namun, para perajin tetap berusaha agar industri logam Bugangan tetap hidup, dengan membuat produk lain seperti panci dan oven. ”Kami berharap ini bisa terus bertahan dan berkembang. Kami siap ditempatkan atau direlokasi di mana saja asal tempatnya benar, bisa untuk usaha,” ujar Sulaiman.
Prospektif
Gati mengatakan, industri logam memiliki prospek bagus. ”Kami telah meluncurkan peta jalan industri 4.0. Salah satu di dalamnya ialah industri makanan dan minuman. Akan dibutuhkan mesin dan berbagai peralatan. Komponen-komponen bisa disuplai industri dalam negeri,” ujarnya.
Menurut Gati, ke depan logam akan dibutuhkan banyak industri lain. Karena itu, pihaknya mendorong agar industri logam terus maju. Ketika sudah maju, diyakini para pelaku industri logam tidak hanya menyediakan komponen-komponen otomotif, tetapi juga untuk industri tekstil.
Berdasarkan data Kemenperin, saat ini ada 390 sentra industri logam di Indonesia yang melibatkan 13.000 perajin. Di Jateng ada 20 industri logam. Pihaknya akan berupaya agar industri IKM terus terangkat. (DIT)