Pengalaman tidak serta-merta menjamin para wajah lama di lomba lari Lintas Sumbawa 320 Kilometer terus bertahan di posisi terdepan. Pelari yang baru merasakan ganasnya jalur lomba tahun ini ternyata mampu menggebrak dominasi pelari berpengalaman dengan sejumlah jurus dan senjata rahasia.
Untuk kategori relay (estafet) putra, hingga Jumat (6/4/2018) pukul 18.30 Wita, posisi terdepan ditempati tiga pelari yang baru tahun ini terlibat lomba lari ultra ini. Mereka adalah Yurika Chendy Rusianto dan Ari Masrudi yang saling susul di posisi pertama dan kedua, serta Ali Ridho di posisi ketiga.
Dalam lomba ini terdapat 10 tim kategori relay, yakni 7 pasangan putra dan 3 pasangan putri. Setiap tim terdiri atas dua pelari. Pelari pertama berlari sejauh 160 km, dilanjutkan pelari kedua yang menempuh jarak sama. Total rute sepanjang 320 km itu dimulai dari Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, dan finis di kaki Gunung Tambora di Doro Ncanga, Kabupaten Dompu.
Ridho mengganti tugas rekannya, Riski Saputra, untuk menyelesaikan lomba dari check point (CP) Kilometer 160. Pada Jumat pukul 03.30, dia mampu berlari secara konstan pada kecepatan pace 7-8 (1 kilometer dalam 7-8 menit).
Kecepatannya tetap stabil saat melintasi tanjakan dan turunan jalur perbukitan di Kecamatan Manggalewa, Kabupaten Dompu, sejak memasuki Km 215 hingga Km 250. ”Kuncinya pasrah dan berserah diri kepada Tuhan, Mas,” ujar Ridho terkait dengan kuncinya mampu berlari dengan kecepatan konstan saat sedang beristirahat di CP Km 240.
Selain menyempatkan diri untuk shalat ketika ada di CP Km 240, dia pun sempat makan. Ridho lebih memilih makan campuran oatmeal (gandum utuh) dan kismis dibandingkan nasi putih dengan lauk perkedel dan ayam goreng yang disediakan panitia. Dia menilai kalori dalam oatmeal lebih banyak dan cepat diserap tubuh dan tidak membuat kembung.
Setelah itu, dia minum campuran air kelapa dan kolang-kaling yang kaya kalsium untuk menguatkan sendi lutut agar tetap kokoh menopang tubuh. Dia minum sambil duduk dan menggulirkan bola tenis dengan lekukan kakinya ke depan dan belakang, selama semenit dimanfaatkan meredakan nyeri tumit dan telapak kaki. Sebelum berlari, dia mengenakan handuk basah dan dilingkari di leher untuk menghindari headstroke akibat panas mentari yang menyengat.
Berbagai jurus itu didapat saat kuliah. Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya ini menjaga asa untuk bisa naik podium dengan terus bertahan di posisi ketiga kategori relay putra. Pada pukul 20.00 Wita, dia sudah di Km 265.
”Target awal saya bisa finis saja sudah baik. Tapi, Riski dorong saya untuk bisa naik podium. Saya pikir kalau ada kesempatan dan peluang, kenapa tidak?” ujar Ridho.
Pelari putri yang juga baru turun tahun ini pada kategori relay, Christine Gautama, juga punya ”jurus” untuk menyelesaikan perlombaan. Untuk menjaga lambungnya nyaman, dia pilih mengonsumsi bubur bayi yang dicampur dengan air mineral di dalam botol.
Berpasangan dengan Santih Gunawan yang juga baru mengikuti relay di Lintas Sumbawa 320 Km, Christine pun diminta tidak terlalu ngoyo dan memforsir tenaganya untuk secepatnya menyelesaikan lomba. Meski begitu, diam-diam Christine punya target pribadi untuk menyelesaikan perlombaan dengan catatan waktu di bawah 68 jam.
Bahkan, hingga Km 240, Christine tercatat pelari relay putri kedua. Posisinya di bawah pelari relay putri urutan pertama, Sri Wahyuni, dan di atas pelari relay putri urutan ketiga, Siti Maimunah.
”Pemandangan alam yang luar biasa sepanjang rute perlombaan membuat rasa lelah teralihkan. Lintasannya juga menyenangkan, jadi tidak bosan,” ujar Christine yang terbiasa berlari di jalur trail.
Persaingan di nomor full ultra (individu) pun terjadi kejutan. Kategori putra, debutan William Lesmana malah memimpin pada lomba hari ketiga, terutama sejak dari Km 200. Sang juara bertahan Matheos Berhitu berhasil dilewatinya. Padahal, selain pertama kali ikut Lintas Sumbawa, William juga baru pertama kali mencoba mengikuti lomba lari berjarak 320 km.
Menurut Wiliam, dirinya berlari tanpa beban dan tidak memforsir energi. Itu sebabnya, sejauh ini dia tak menderita cedera serius. Selain itu, ia memiliki tekad kuat, yakni ingin menguji kemampuan diri dan mengalahkan diri sendiri. Targetnya, mampu finis di bawah waktu cut off time (COT), yakni 72 jam. ”Saya lari santai saja. Tidak ada hitung-hitungan apa pun. Kalau capek, tinggal jalan saja. Stop di CP tetap makan kalau perut bisa terima. Kalau tidak bisa, ya, makan buah saja,” kata William.
Untuk kategori putri tidak ada kejutan. Hingga kini, juara Lintas Sumbawa 2017, Eni Rosita, masih memimpin. Bahkan, jaraknya dengan pelari putri di belakangnya, yakni Lily Suryani, mencapai 15-20 km. Adapun pendatang baru Novita Wulandari berada di urutan ketiga di kelas full ultra putri.
”Prinsipnya, saya lari santai saja, yang penting finis. Saya tidak mau membebani diri untuk juara atau memecahkan rekor saya tahun lalu. Kalau kepikiran itu, itu malah menjadi beban untuk saya,” kata Eni yang tahun lalu mencatatkan waktu 63 jam 42 menit. (DIM/DRI/IKI/USH/RUL)