Wisata Kampoeng Air Kragilan dengan 8 Mata Air Tak Terdampak Tol
Oleh
WINARTO HERUSANSONO
·3 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Wisata air bernama wisata Kampoeng Air Kragilan, Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dipastikan tidak terengaruh adanya proyek Jalan Tol Semarang-Solo.
Kampung wisata itu memiliki lebih dari delapan mata air dan dipastikan mata airnya masih terus mengalir meski proyek jalan tol sedang dikerjakan dan hanya berjarak kurang dari 1,5 kilometer.
Kampoeng Air merupakan wisata milik perseorangan yang dikelola bersama warga Desa Kragilan sejak 2010.
”Pengembangan wisata air ini khusus untuk keperluan renang dan wisata budaya yang airnya segar karena dari sumber mata air alami. Kami berharap proyek tol tidak memengaruhi debit air di Kragilan,” ujar Ari Muladi dari manajemen Kampoeng Air Kragilan, Minggu (8/4/2018).
Suasana alam yang sejuk, tanpa polusi sangat kental di Kampoeng Air Kragilan, lokasi wisata ini terletak sekitar 2 kilometer arah utara Kota Boyolali, kini sedang dalam tahap pembenahan.
Ari Muladi mengakui, wisata Kampoeng Air sempat vakum sebentar karena banyak arena yang memerlukan perbaikan. Hal itu juga masukan dari wisatawan, yang meminta agar fasilitas arena bermain bertambah.
Fasilitas yang ada di wisata Kampoeng Air Kragilan meliputi kolam renang melingkar dan sejumlah lokasi untuk swafoto, mulai dari perahu, becak air, sepeda, hingga di pohon-pohon besar yang rindang.
Fasilitas untuk bermain sepeda di ketinggian dengan pengamanan ekstra telah tersedia dipandu dengan tenaga yang terampil.
Juga ada saung-saung untuk istirahat dan menikmati masakan ala desa, juga tersedia, termasuk pula ada kolam kece yang kerap buat bermain air bagi anak-anak yang belum mahir berenang.
Di tepi kawasan wisata seluas 1.000 meter persegi itu, diapit oleh aliran Sungai Genuk, di mana airnya terus mengalir, jernih, dan tidak pernah surut. Bahkan, saat hujan turun, aliran air naik, tetapi tidak sampai meluap ke kawasan wisata.
Menurut pengelola Kampoeng Air Kragilan, Supianto, Kampoeng Air awalnya merupakan sumber air bagi warga di Kragilan. Sejak 1995, sumber air itu tidak lagi dimanfaatkan hanya untuk kebutuhan air bersih, seperti mandi, mencuci, ataupun persediaan air bersih bagi warga.
Atas kesepakatan warga desa, kawasan sumber mata air ini kemudian dikembangkan menjadi tempat wisata air.
”Setelah menjadi destinasi wisata, Kampoeng Air memang dikhususkan bagi wisatawan keluarga. Untuk menambah keteduhan, pohon-pohon besar yang sudah ada, seperti pohon beringin, pohon daru, dan pohon bulu, serta dilakukan penghijauan tambahan dengan puluhan pohon mahoni,” ujar Supianto.
Tiap akhir pekan, Kampoeng Air ini dikunjungi wisatawan lokal ataupun dari sejumlah kota, seperti Solo, Sragen, Salatiga, Klaten, dan sekitarnya. Jumlah pengunjung kisaran 80 orang hingga 150 orang. Tidak jarang, lokasi wisata ini menjadi tempat pertemuan acara reuni ataupun arisan keluarga besar dari garis keturunan keluarga besar Solo dan sekitarnya.
Keunikan lokasi wisata ini adalah ada pancuran air Watu Nganten yang berada di bilik yang teduh rimbun sehingga tidak tampak apabila ada orang di dalamnya. Pengunjung tak hanya dapat mandi dengan air segar, tetapi menurut keyakinan warga desa setempat, airnya bisa menyembuhkan penyakit kulit di tubuh.
Dalam perbaikan itu, kini pengelola juga menyiapkan sarana kebun binatang mini. Beberapa hewan peliharaan yang tersedia seperti kura-kura, monyet, dan juga rusa telah menghiasi kebun binatang mini yang lokasinya di tepi sungai, di samping saung-saung tempat pengunjung istirahat.