AMBARAWA, KOMPAS – Sekitar 15 orang anggota Indonesia Railway Preservation Society (IRPS) Koordinator Wilayah 4 Semarang, Minggu (22/4/2018) melaksanakan syukuran di Museum Palagan, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Kegiatan syukuran oleh anggora IRPS itu dalam rangka memperingati tepat 114 tahun, beroperasinya lokomotif buatan Jerman seri B25 di Indonesia. Lokomotif uap legendaris itu kini menjadi bagian dari koleksi monumen di Museum Palagan, Ambarawa.
“Semula, anggota komunitas pecinta kereta api ini ingin melakukan bersih-bersih lokomoif yang ada di museum, namun karena IRPS terlambat mengajukan izin ke PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional 4 Semarang, terpaksa acara bersih-bersih diganti sarasehan dan syukuran saja,” ujar Wisnu Widiatmoko, Ketua IRPS Korwil 4 Semarang di lokasi lokomotif di kompleks museum.
Wisnu mengatakan, ini kegiatan kali kedua bagi IRPS dalam dua tahun ini. IRPS mmerupakan komunitas pecinta dan penggila kereta api, yang berkeinginan membantu dalam menjaga dan merawat aset aset kereta api yang memiliki nilai sejarah di Indonesia.
Pada tahun 2017 lalu, IRPS Korwil 4 Semarang, melakukan pengecatan ulang pada sinyal mekanik di Stasiun Bedono. Stasiun Bedono sangat legendaris karena dilalui oleh kereta api dengan lokomotif bergerigi, masih berfungsi dengan baik hingga saat ini.
Pada kegiatan syukuran yang diselenggarakan IRPS, berlangsung di dalam gerbong penumpang tua. Gerbong penumpang tua dengan tiga deret bangku kayu panjang itu merupakan gerbong yang memiliki sejarah panjang, termasuk turut mengangkut para pejuang ketika Perang Palagan di Ambarawa pada 20 November hingga Desember 1945.
Hadir dalam syukuran itu, Sodirin, koordinator pengelolaan Museum Palagan Ambarawa, Wisnu Widiatmoko, Wakil Ketua IRPS Korwil 4 Semarang, Martin Setiabudi serta sejumlah anggota IRPS yang datang dari Kudus, Semarang, Ungaran dan sekitarnya.
Sebagai bentuk kepedulian, IRPS memberikan foto yang sudah dipigura, gambar dua lokomotif seri B25 diserahkan ke Sodirin oleh Wisnu. Harapannya, foto besar itu bisa di pajang di loket masuk museum, supaya pengunjung juga warga yang berkunjung dapat menyaksikan lokomotif legendaris itu.
Sodirin mengatakan, pihaknya sangat apresiasi terhadap kepedulian para anggota komunitas terhadap keberadaan lokomotif B25 yang sudah sejak 1980-an telah ditempatkan di dalam museum sebagai monumen.
Wisnu Setiabudi mengemukakan, lokomotif B25 buatan pabrikMaschinenfabriek Esslingen (Jerman) mulai dioperasionalkan pada tahun 1902. Di samping lokomotif yang dipajang di museum, lokomotif B25 sejenis juga masih beroperasi.
Berkat tangan terampil dari awak Museum Kereta Api Ambarawa, lokomotif uap yang memiliki roda bergerigi (lokomotif bergerigi) masih tangguh dalam beroperasi untuk melayani wisatawan rute Ambarawa – Stasiun Bedono, Kabupaten Semarang.
Kini terdapat tiga lokomotif yang masih kokoh sebagai loko uap. Khusus lokomotif bergerigi, memiliki roda gigi untuk berjalan naik menaklukkan jalur terjal dengan kemiringan sekitar 30 derajat menuju Stasiun Bedono berjarak 10 kilometer.
Dalam sejarahnya, lokomotif B25 setelah beroperasi di jalur kereta di Jawa, sekitar 1960 pernah dipindahkan ke jalur kereta di Sumatera Barat guna pengangkutan batubara.