Debat Pertama Pilkada Tanjung Pinang, Paslon Dinilai Belum Siap
Oleh
Ismail Zakaria
·3 menit baca
TANJUNG PINANG, KOMPAS — Komisi Pemilihan Umum Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Minggu (22/4/2018) malam, menggelar debat pertama pasangan calon peserta pemilihan wali kota Tanjung Pinang. Meski berjalan lancar, penampilan pasangan calon dinilai belum siap dan kurang memuaskan.
Ketua KPU Tanjung Pinang Robby Patria saat dihubungi dari Batam, awal pekan ini, mengatakan, kedua pasangan calon yang akan bertanding di Pilkada Tanjung Pinang pada 27 Juni 2018 hadir dalam debat.
Mereka adalah pasangan Syahrul-Rahma yang diusung Partai Gerindra dan Golkar serta pasangan Lisdarmansyah-Maya Suryanti yang diusung PDI-P, Hanura, Demokrat, PAN, PPP, dan PKPI.
”Tema debat pertama adalah tentang pendidikan, kebudayaan, dan pelayanan publik. Selain kedua pasangan calon, juga hadir tim sukses, partai pendukung dan pengusung, serta simpatisan mereka. Debat berlangsung lancar dan kondusif, bahkan kedua pasangan calon ikut joget di atas panggung,” kata Robby.
Meski demikian, menurut pengamat politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Hati Tanjung Pinang, Zamzami A Karim, yang hadir dalam debat, pasangan salon belum siap.
”Mereka, misalnya, kurang menangkap substansi pertanyaan panelis sehingga jawabannya ngelantur atau tidak nyambung. Misalnya saat ditanya tentang bagaimana memanfaatkan keberadaan perguruan tinggi untuk membantu pemerintahan yang lebih baik di Tanjung Pinang. Mereka justru menyampaikan program untuk perguruan tinggi, misalnya beasiswa untuk mahasiswa. Ada yang juga menjawab perguruan tinggi bukan kewenangan pemerintah kota,” kata Zamzami.
Selain itu, menurut Zamzami, gagasan yang disampaikan atau ditawarkan para pasangan calon dalam debat bukan hal baru, misalnya menawarkan pendidikan gratis. Padahal, pendidikan gratis telah berlangsung lama, yakni lewat program wajib belajar 9 tahun.
”Saya berharap dengan adanya petahana di masing-masing pasangan calon, muncul gagasan lain. Apalagi mereka menguasai data dan tahu permasalahan yang ada selama mereka memimpin. Justru yang terlihat seperti ngeles atau mengelak dari substansi,” kata Zamzami.
Keberadaan calon petahana di masing-masing pasangan calon, menurut Zamzami, juga membuat debat terasa biasa. Keduanya menempatkan diri pada posisi aman sehingga tidak ada adu gagasan terkait perbaikan program-program yang ada.
”Kesannya, mereka tidak berani saling mengkritisi program pemerintah sebelumnya karena sama-sama berada di sana,” kata Zamzami.
Debat pertama, menurut Zamzami, belum cukup untuk memberikan gambaran bagi publik. Justru yang menonjol, debat pertama sebagai ajang memperlihatkan siapa yang punya pendukung lebih banyak.
”Saya berharap, untuk dua debat berikutnya, tim sukses bekerja lebih keras. Selain mempersiapkan materi kampanye, paslon juga harus menguasai beberapa hal yang menjadi tren di dalam masyarakat. Misalnya revolusi teknologi generasi keempat dan bagaimana efek dan manfaatnya bagi pemerintah, apalagi Tanjung Pinang mau didorong menjadi kota cerdas,” kata Zamzami.
Selain itu, Zamzami juga berharap pasangan calon memperbaiki kemampuan berkomunikasi di depan publik yang menurut dia belum kuat. ”Mereka adalah calon pemimpin yang akan disorot masyarakat sehingga harus memiliki kemampuan tidak hanya orasi, tetapi juga bahasa tubuh, sopan santun, dan lainnya yang harus dijaga,” kata Zamzami.
Robby menambahkan, debat kedua dijadwalkan berlangsung pada 12 Mei mendatang dengan tema ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Sementara debat ketiga yang, menurut rencana, mengusung tema pariwisata dan reformasi birokrasi diselenggarakan pada 20-23 Juni.