SOLO, KOMPAS — Dinding tanggul penahan banjir atau parafet Sungai Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, kini dihiasi lukisan dinding. Mural yang ada di tanggul dari beton cor itu kini tidak lagi berkesan kaku, menjadi lebih indah dan menarik.
Dinding parafet yang dimural itu tepatnya berada di bawah jembatan Sungai Bengawan Solo, Jurug, Pucangsawit, Solo, hingga bawah jembatan kereta Api Jurug.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Charisal Akdian Manu mengatakan, dari 5,3 kilometer panjang parafet di Solo, dinding yang dimural itu sepanjang 250 meter. ”Kami ingin ada sentuhan seni di dinding parafet ini sehingga tidak berkesan kaku seperti tipikal konstruksi bangunan beton,” katanya di Solo, Jumat (27/4/2018).
Pembuatan mural melibatkan 25 kelompok mural dari Solo dan daerah-daerah lain. Secara keseluruhan, ada 25 karya mural dengan masing-masing berukuran sekitar 4 meter x 7,5 meter.
Charisal mempersilakan masyarakat ataupun komunitas mural secara mandiri untuk melukis dinding parafet yang belum dimural. Dengan demikian, seluruh tembok parafet Bengawan Solo di Solo dapat diperindah dengan aneka karya mural sehingga tidak menjadi ajang vandalisme.
”Ini baru sebagai langkah awal. Kalau komunitas-komunitas atau masyarakat mau memural secara mandiri, silakan, masih banyak ruang kosong,” ujarnya.
Irul Hidayat dari Panitia Kompetisi Mural Parafet Bengawan Solo mengatakan, pembuatan mural tersebut dibingkai dalam kompetisi mural yang diselenggarakan BBWS Bengawan Solo dan PT Wijaya Karya dengan tema ”Lestarikan Alam”. Kompetisi digelar dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia.
Kelompok mural yang turut ambil bagian antara lain dari Solo, Karanganyar, Rembang, Magelang, dan Blora (Jawa Tengah) serta dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengerjaan mural dimulai Jumat (20/4/2018). ”Para peserta berasal dari masyarakat umum, komunitas seni, pelajar, komunitas pemuda, dan kelompok masyarakat lainnya,” katanya.