Panel Listrik Mikrohidro Rusak Diterjang Banjir Bandang
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
WAINGAPU, KOMPAS — Pusat listrik tenaga mikrohidro atau PLTM di bibir sungai Mbakuhau, Desa Kamanggih, Kecamatan Kauhangu Eti, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, rusak diterjang banjir bandang.
Sebanyak 300 kepala keluarga warga Desa Kamanggih terpaksa menggunakan genset pada malam hari. Perbaikan PLTM sedang berlangsung.
Munawir S selaku Field Project Implementor HiVOS untuk Sumba Iconic Island, di Waingapu, Senin (30/4/2018), mengatakan, banjir bandang yang terjadi sepanjang Sungai Mbakuhau pada akhir Maret 2018 menyebabkan, dua bangunan di tepi sungai itu roboh diterjang banjir. Dua panel kontrol dan semua komponen listrik hanyut dibawa banjir.
”Untung, petugas yang selama ini setia menjaga mesin mikrohidro tidak ada di tempat. Ia sedang panen jagung sekitar 500 meter dari bibir sungai. Hanya mesin turbin masih ada di tempat, tetapi sebagian komponen harus diperbaiki karena mengalami kerusakan ringan,” kata Munawir.
Pusat listrik tenaga mikro hidro (PLTM) dibangun tahun 2016 dengan biaya sekitar Rp 2,5 miliar, kerja sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PLN, dan HiVOS, salah satu NGO dari Belanda, antara lain bergerak dibidang energi. Pembangunan PLTM ini diawali dengan survei memadai dari Pemkab Sumba Timur, HiVOS, dan PLN.
Namun, banjir bandang seperti itu sulit diprediksi. Sebelumnya, tidak pernah terjadi banjir bandang seperti itu. Jika terjadi banjir pun, air tidak meluap sampai 20 meter dari bibir sungai.
Akibat kerusakan itu, hampir satu bulan terakhir masyarakat Desa Kamanggih kembali menggunakan genset. Daya mesin genset hanya untuk melayani sekitar 50 rumah sehingga sekitar 250 rumah masih kesulitan mendapatkan listrik pada siang dan malam hari. Sebelumnya, PLTM itu menyediakan listrik 24 jam bagi warga.
Kapasitas listrik yang dihasilkan dari PLTM sebesar 37.000 watt. Sekitar 300 kepala keluarga di Desa Kamanggih menikmati listrik itu. Listrik itu sudah terkoneksi dengan sistem PLN. Masyarakat Kamanggih melalui koperasi serba usaha melakukan kerja sama tersebut.
Tidak hanya listrik, masyarakat juga menikmati air yang bersumber dari Kaharhanggau, 3 km dari Desa Kamanggih. Air ini ditarik dengan mesin pompa berkat listrik dari PLTMH.
Masyarakat tidak lagi harus berjalan kaki mengambil air dari sumbernya, sekitar 3 km, tetapi cukup dengan memutar keran air di depan rumah, mereka sudah bisa menikmati air bersih.
”Tanpa PLTM, masyarakat tidak hanya kesulitan listrik, tetapi juga air bersih. Saat ini, koperasi serba usaha milik Desa Kamanggih sedang mengupayakan perbaikan itu. Perbaikan PLTM tetap dilakukan di lokasi lama, hanya perlu dibuat tanggul untuk menahan luapan air banjir,” kata Munawir.
Ketua Koperasi Serba Usaha Kamanggih, yang juga anggota DPRD Sumba Timur, Umbu Hinggu Panjanji, mengatakan, tidak satu pun warga Kamanggih menyangka terjadi banjir tersebut. Banjir berlangsung begitu cepat setelah hujan deras di kawasan Sungai Mbakuhau dan sekitarnya selama tiga jam berturut-turut.
Humas PT PLN NTT Paul Bola mengatakan, Sumba ditetapkan sebagai Ikon Pulau Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia. Itu berarti pulau dengan empat kabupaten itu akan dilayani dengan energi baru terbarukan. Sampai hari ini sekitar 60 persen dari total 80 persen listrik di Sumba bersumber dari EBT.
”Target pemerintah sampai 2022 seluruh pulau Sumba dilayani EBT. Tetapi dengan kehadiran EBT, tidak berarti listrik diesel tidak ada sama sekali. Nanti akan ada porsi tertentu, misalnya 70 persen EBT, 30 persen diesel, dan seterusnya,” kata Bola.