Kericuhan di Yogyakarta Dinilai Cederai Perjuangan Buruh
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Dewan Pimpinan Daerah Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta menyayangkan terjadinya kericuhan saat aksi unjuk rasa di Kabupaten Sleman, DIY, Selasa (1/5/2018) sore, atau bertepatan dengan peringatan Hari Buruh.
KSPSI DIY menilai perilaku para pengunjuk rasa yang membakar pos polisi serta terlibat bentrokan dengan warga sekitar telah mencederai perjuangan para buruh di DIY sekaligus berdampak buruk terhadap momentum peringatan Hari Buruh.
”Kami sangat kecewa dan prihatin dengan kericuhan itu karena hal itu mencederai perjuangan teman-teman buruh di Yogyakarta dan Indonesia. Kejadian ini juga berdampak buruk pada peringatan May Day (Hari Buruh) di Yogyakarta,” ungkap Wakil Ketua DPD KSPSI DIY Kirnadi, saat dihubungi Kompas, Selasa malam di Yogyakarta.
Seperti diberitakan, kericuhan terjadi dalam aksi unjuk rasa di dekat kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga di Jalan Laksda Adisucipto, Sleman. Aksi demonstrasi itu digelar puluhan orang yang menamakan diri Gerakan Satu Mei (Geram).
Berdasarkan selebaran yang dibagikan saat unjuk rasa, para demonstran itu menyampaikan sejumlah tuntutan, misalnya turunkan harga bahan bakar minyak (BBM), tolak upah murah dan berikan jaminan keselamatan kerja bagi buruh, serta cabut Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Selain itu, para pengunjuk rasa juga menuntut penghapusan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum serta penghentian pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) atau bandara baru di Kabupaten Kulon Progo, DIY.
Dalam aksi tersebut, sejumlah pengunjuk rasa membakar pos polisi lalu lintas di dekat lokasi kejadian. Mereka juga terlibat bentrokan dengan masyarakat sekitar yang merasa terganggu dengan aksi tersebut. Sesudah kericuhan itu, polisi menangkap 69 orang yang terlibat dalam unjuk rasa tersebut.
Kirnadi menyatakan, para aktivis buruh dan pekerja di DIY tidak mengenal dan tidak pernah berkoordinasi dengan para pengunjuk rasa yang terlibat kericuhan di dekat kampus UIN Sunan Kalijaga. Apalagi, dia menambahkan, para elemen serikat buruh di DIY telah sepakat memperingati Hari Buruh dengan menggelar unjuk rasa damai di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta.
Pada Selasa pagi hingga sore, sejumlah elemen serikat buruh di DIY memang menggelar unjuk rasa di sejumlah tempat di kawasan Malioboro, termasuk Gedung DPRD DIY dan kantor Gubernur DIY. Aksi unjuk rasa di kawasan Malioboro itu berlangsung dengan damai dan lancar.
”Saya sendiri juga tidak tahu kelompok mana mereka. Teman-teman buruh di Yogyakarta sudah sepakat melakukan aksi di kantor-kantor pemerintahan, seperti gedung DPRD, kantor gubernur, dan kantor bupati atau wali kota. Jadi, ketika ada aksi di pos polisi dan jalanan, itu di luar apa yang diperjuangkan teman-teman buruh di Yogyakarta,” ujar Kirnadi.
Oleh karena itu, Kirnadi menegaskan, aksi di dekat kampus UIN Sunan Kalijaga itu sama sekali tidak merepresentasikan perjuangan para buruh di DIY. Apalagi, dalam melakukan perjuangan, para buruh di DIY tidak pernah menempuh cara-cara kekerasan.
”Aksi itu sangat-sangat tidak merepresentasikan perjuangan buruh dan para pengunjuk rasa itu di luar aliansi yang dibangun teman-teman serikat pekerja di Yogyakarta,” kata Kirnadi.