Tumpeng Pempek Diberikan pada Para Buruh
PALEMBANG,KOMPAS--Ratusan buruh memadati halaman kantor DPRD Sumatera Selatan untuk memperingati hari buruh sedunia, Selasa (1/5/2018). Mereka berorasi tentang aspirasi buruh di bawah teriknya matahari. Di akhir orasi, tumpeng pempek dari Kapolda Sumsel diserahkan pada perwakilan buruh.
Dalam orasi itu para buruh menumpahkan segala unek-uneknya, mulai dari upah murah, serbuan tenaga kerja asing, hingga intimidasi perusahaan kala buruh membuat serikat buruh. Orasi itu bergema lewat sejumlah pengeras suara yang diletakan di atas mobil bak terbuka.
Orasi buruh juga dilengkapi spanduk dan tulisan di atas karton putih. Pesan-pesan kepiluan para buruh dituangkan di atas spanduk dan karton tersebut.
Koodinator aksi dari Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Sumsel Niftahul Firdaus mengatakan masih banyak persoalan yang dihadapi buruh saat ini. Diantaranya intimidasi dari perusahaan saat para buruh ingin membuat serikat buruh dan masih belum optimalnya upah minimum regional yang hanya Rp 2,73 juta.
Upah itu, lanjut Niftahul belum sesuai dengan tingkat kebutuhan hidup di Sumatera Selatan. “Seharusnya upah buruh berada pada kisaran Rp 3,5 juta. Buruh juga masih dihadapkan pada permasalahan intimidasi perusahaan. Dalam beberapa kasus masih ditemukan adanya perusahaan yang melakukan pemecatan secara sepihak karena karyawan membuat serikat pekerja. Padahal pembentukan serikat sudah diatur dalam undang-undang,” ujarnya.
Terkait pemecatan tersebut, pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian. “Kami sudah mengajukan laporan dua tahun lalu. Namun saat ini masih dalam proses,” kata Niftahul.
Dua jam setelah orasi, Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara memasuki tempat orasi. Hadir mengenakan kacamata riben bernuansa kuning tanpa topi, Zulkarnain turut mendengarkan orasi para buruh di bawah panasnya suasana siang hari.
Setelah 20 menit , Zulkarnain berdiri di atas tangga kantor DPRD bersama para pejabat yang lain. "Aku buruh jugo. Sama bae kito nich. Bedanyo, aku dibayar negara," ujar Zulkarnain disambut para peserta orasi yang kemudian berseru, "Hidup buruh".
Zulkarnain yang fasih berbahasa Palembang karena berasal dari Ogan Komering Ulu Timur itu mengatakan peran buruh bagi kemajuan sebuah daerah sangatlah besar. Buruh merupakan tonggak pembangunan. "Apo jadinyo, kalo idak katek buruh? Bakal saro kito (Apa yang terjadi jika tidak ada buruh ? Kita akan sengsara)," ujar Zulkarnain.
Saat mengunjungi Pelabuhan Boom Baru, Selasa pagi, lanjut Zulkarnain, dia melihat sejumlah buruh masih berjibaku mengangkat semen dari atas kapal. Semen itu akan digunakan untuk membangun infrastruktur jalan di Palembang jelang Asian Games. "Kalau buruh mogok. Jalan kita gak akan terbangun," katanya.
Di akhir pidato singkatnya, Zulkarnain mengajak semua perwakilan organisasi buruh mendekati sebuah tumpeng. Tumpeng bukan dari nasi, namun sekumpulan pempek yang disusun layaknya tumpeng. "Kito nich wong Palembang. Jadi tumpengnyo dari pempek bae,"kata Zulkarnain disambut gelak tawa para buruh.
Ada berbagai jenis pempek yang dihidangkan. Mulai dari pempek keriting, adaan, pempek telok, dan pempek kulit. Adapun cuko (saos pempek) dituangkan di sebuah wadah terpisah.
Kapolda dan sejumlah pejabat lainnya memberikan pempek dari tumpeng itu pada tiap perwakilan organisasi buruh. Tumpeng ini, kata Kapolda, menandakan solidnya buruh di Sumatera Selatan. "Kalau ada yang dikeluhkan segera laporkan ke polisi atau ke dinas tenaga kerjaan. Kami akan siap menampung," ujarnya.
Terkait pemecatan buruh yang sudah dilaporkan ke polisi, Zulkarnain mengatakan belum mengetahui laporan itu. Pihaknya akan memeriksa kasus sampai di mana. Jika benar, kasus itu akan ditindaklanjuti.