MALANG, KOMPAS - Sekitar 60 persen wilayah Jawa Timur memasuki musim kemarau pada awal Mei 2018 sesuai prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Kalaupun ada hujan, intensitasnya kecil dan hanya bersifat lokal.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Malang Joko Budi Utomo, yang dihubungi pada Selasa (1/5/2018), mengatakan, tandatanda kemarau di sebagian wilayah telah terlihat, yakni curah hujan di bawah 50 milimeter per dasarian (10 hari). Wilayah lain akan segera menyusul pada dasarian kedua Mei.
”Hujan yang masih turun saat ini bersifat lokal dan didominasi oleh sirkulasi lokal dari atmosfer itu sendiri. Hujan tidak merata, hanya ada di wilayah tertentu,” katanya.
Menurut Joko, kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung normal, tidak terpengaruh oleh La Nina ataupun El Nino. Begitu pula dengan durasi waktunya, tidak panjang juga tidak pendek.
Joko mengimbau para petani untuk mulai menyesuaikan musim. Petani diharapkan bijaksana menggunakan air dan tidak memaksakan diri untuk menanam komoditas yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan.
”Perhitungkan kebutuhan air tanaman karena air mulai berkurang,” ujarnya.
Pakai pompa air
Sejak pekan lalu, sejumlah petani di Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, mulai memanfaatkan pompa air guna mengairi sawah mereka.
Cara ini dilakukan karena air dari saluran irigasi kurang mencukupi. Air irigasi hanya bisa dimanfaatkan lima hari sekali karena harus bergiliran dengan petani di daerah lain.
Berdasarkan pengamatan Kompas, ada beberapa petani yang tengah mengairi tanaman padi dan jagung mereka yang berumur muda. Namun, ada pula petani yang masih membersihkan atau memperdalam sumur bor di pematang sawah setelah tidak terpakai selama enam bulan terakhir.
”Sudah lebih dari seminggu tidak turun hujan. Kemarin sempat mendung sebentar, tetapi angin berganti kencang layaknya musim kemarau. Jadi, saya langsung bantu pengairan pakai pompa,” kata Supardi (50), petani dari Desa Sidomulyo, Kediri.
Ini pertama kali Supardi mengairi sawah dengan bantuan pompa pada kemarau tahun ini. Supardi memiliki tanaman jagung berumur sekitar satu bulan di lahan seluas seperempat hektar. Tanaman jagung berumur satu bulan membutuhkan air cukup guna melarutkan pupuk.
Di Sidomulyo, hampir semua sawah memiliki sumur bor. Namun, tidak setiap petani memiliki pompa air. Mereka yang tidak memiliki pompa air bisa menyewa dengan biaya Rp 15.000 per jam. Untuk mengairi lahan seluas seperempat hektar biasanya membutuhkan pompa selama tiga jam.
Secara terpisah, Ali Masjudi, pengurus Kontak Tani Nelayanan Andalan Kabupaten Malang mengatakan, hampir semua petani di wilayahnya cukup mendapatkan air. Kalaupun tidak ada irigasi, petani akan menanam komoditas tahan air seperti tebu.
”Petani di Malang tidak begitu risau dalam menyambut musim kemarau,” katanya.