Masuknya bawang merah impor membuat harga bawang yang dalam masa panen anjlok. Petani minta impor bawang distop dan mengancam sweeping.
KENDAL, KOMPAS - Petani bawang merah di Jawa Tengah terpuruk akibat maraknya bawang impor di pasaran beberapa pekan terakhir. Kondisi itu menyebabkan harga bawang lokal yang sedang panen anjlok.
Berdasarkan pantauan di beberapa pasar tradisional di Kota Semarang dan Kabupaten Brebes, Kamis (3/5/2018), bawang impor dijual sekitar Rp 11.000 per kilogram (kg). Sementara di pusat perdagangan bawang lokal di Pasar Sengon, Brebes, bawang impor dijual Rp 14.000 per kg.
”Ukuran bawang impor mirip bawang lokal, diameter 2-3 sentimeter. Padahal, peraturan Kementerian Pertanian mensyaratkan bawang yang boleh diimpor adalah bawang bombai, berdiameter 5-6 sentimeter. Parahnya, bawang impor dipasarkan dengan harga murah di pasar tradisional di pantura,” ujar Ahmad Soleh (48), petani bawang merah di Weleri, Kendal.
Ahmad yang juga anggota Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) mengatakan, para petani seharusnya menikmati masa panen dengan harga relatif tinggi. Di Brebes, luas panen diperkirakan mencapai 600 hektar. Harganya Rp 23.000 per kg. Panen juga terjadi di Pemalang, Tegal, dan Kendal.
Namun, persaingan dengan bawang impor mendesak harga bawang lokal terus turun. Di Semarang, harga bawang lokal kini Rp 20.000 per kg, di Kendal Rp 21.000 per kg, bahkan ada yang Rp 19.500 per kg.
”Sejumlah daerah digelontor bawang impor yang bentuknya mirip bawang lokal, artinya ada praktik penyalahgunaan aturan Kementerian Pertanian. Ini harus ditindak,” ujar Ahmad.
Beberapa pedagang mengaku, bawang impor sudah dioplos dengan bawang lokal. ”Penjual bawang yang menawarkan ke pedagang menyebut sebagai bawang Boyolali. Harganya Rp 5.000 per kg, dijual ke pasaran Rp 11.000 per kg,” ujar Nurhadi, pedagang di Pasar Semarang.
Petani bawang asal Bulukamba, Brebes, Jumarso (50), menyayangkan merembesnya bawang impor ke pasar. Terlebih, panen bawang awal tahun ini terbilang baik. Dengan harga Rp 23.000-Rp 25.000 per kg, margin petani cukup besar. Biaya produksi bawang sekitar Rp 13.000 per kg.
”Membiarkan bawang impor merembes ke pasar dengan harga murah artinya ada pihak yang mau mematikan usaha tani petani bawang,” keluhnya.
Ketua ABMI Juwari mengatakan, akibat rembesan bawang impor, sedikitnya 125.000 ton bawang lokal milik petani belum terserap. Petani memilih menahan bawang lokal karena harga makin turun.
”Bulog yang diharapkan membeli bawang merah hasil panen petani ternyata tidak terlalu aktif. Pembelian paling hanya 2 ton per minggu. Tak heran gudang bawang merah milik pemerintah di Klampok, Brebes, masih kosong,” ujar Juwari.
Agar petani tak makin rugi, kata Juwari, ABMI menuntut pemerintah menghentikan peredaran bawang impor. Bawang impor itu masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dan Pelabuhan Belawan, Medan. Jika tidak segera dilakukan, petani akan melakukan sweeping ke gudang-gudang milik pedagang yang diduga menyimpan atau menampung bawang impor.