Dengan dihapusnya jam malam di Solo mulai tanggal 27 Desember 1965, Taman Sriwedari dan Taman Balai Kambang di Solo kembali dibuka malam hari sampai selesainya pertunjukan wayang orang pada malam hari. Pasar malam tradisional yang diadakan di akhir Ramadhan, Maleman Sriwedari, kembali digelar di halaman Sriwedari pada 13-24 Januari 1966. Pendapatan yang diperoleh Rp 46 juta, sebagian digunakan untuk perbaikan fasilitas dan gedung wayang orang di Taman Sriwedari. Beragam kesenian, seperti doger (Bandung), lenong (Jakarta), topeng tambun (Jawa Barat), jatilan (Prambanan), reog (Ponorogo), gandrung (Banyuwangi), dan ludruk (Surabaya), ditambah pesta kembang api, orkes melayu, band, dan lawak ikut meramaikan Maleman Sriwedari yang digelar pada 9-27 September 1976.
Umar Wanengsoemarno (69), pemain biola, bersama sembilan temannya yang tergabung dalam orkes keroncong Cahaya Purnama rutin mengisi acara keroncong di panggung Segaran, Taman Hiburan Sriwedari. Sudah 16 tahun, sejak tahun 1965, mereka menggantikan orkes keroncong Metengan (tunanetra) binaan Sinuwun Paku Buwono X. Saat pertunjukan seni keroncong populer, dalam seminggu Umar dan kawan-kawan bermain tiga kali, menghibur para penonton yang berjejalan di panggung (Kompas, Sabtu, 18/4/1981, halaman 6). Pada bulan puasa, 24 Mei hingga 22 Juni 1985, grup Aneka Ria Srimulat mendapat kesempatan bermain tetap di salah satu gedung kesenian di dalam lingkungan Taman Hiburan Sriwedari. Untuk sementara, pentas mereka di Taman Balekambang diliburkan. Harga karcis untuk melihat Srimulat Rp 1.000 dan Rp 1.500. Srimulat lahir tahun 1954 sebagai kelompok hiburan keliling dan pertama kali pentas di Sriwedari.
Sriwedari dibangun tanggal 17 Juli 1901 pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono X (1892-1939). Awalnya sebagai tempat hiburan bagi raja dan keluarganya. Beragam atraksi dan kesenian rakyat, seperti keroncong, wayang orang, ketoprak, dan pencak silat, disuguhkan di areal taman seluas 1,5 hektar yang terletak di pusat kota. Taman ini pun menjadi magnet bagi warga kota untuk menikmati hiburan (Kompas, Minggu, 14/11/1982, halaman 10). Dalam perkembangannya, sejak 4 Desember 2017, Pemerintah Kota Surakarta menutup Taman Hiburan Rakyat Sriwedari dan di lokasi itu akan dibangun masjid raya dan taman terbuka hijau untuk mempercantik kota.