PALEMBANG, KOMPAS — Akses fasilitas kesehatan bagi warga lanjut usia terbilang masih terbatas. Padahal, jumlah warga lansia terus meningkat setiap tahun. Keterbatasan akses ini terlihat di sejumlah kawasan. Pemerintah berharap ada upaya dari pemerintah daerah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan dimulai dari keberadaan pos pembinaan terpadu hingga tingkat rukun tetangga.
Hal ini mengemuka saat peringatan Hari Lanjut Usia Nasional di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (9/5/2018). Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, jumlah warga lanjut usia (lansia) di Indonesia mencapai 22,4 juta jiwa atau 8,69 persen dari jumlah penduduk. Sementara menurut proyeksi Badan Pusat Statistik, jumlah warga lansia pada 2018 diperkirakan akan meningkat menjadi 9,3 persen dari total penduduk atau 24,7 juta jiwa.
Dengan jumlah warga lansia yang terus meningkat, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan jumlah fasilitas kesehatan yang santun terhadap mereka. Dimulai dari keberadaan pos pelayanan terpadu (posbindu) puskesmas santun lansia dan pelayanan terpadu di rumah sakit rujukan yang menyediakan pelayanan geriatri.
Pelayanan geriatri
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menuturkan, sampai tahun 2017, ada 14 rumah sakit rujukan pemerintah di 12 provinsi yang telah memiliki pelayanan geriatri dengan tim terpadu. Sementara itu, ada 3.645 puskesmas atau 37 persen dari total puskesmas di Indonesia yang telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang santun lansia.
Selain itu, Kementerian Kesehatan sudah mendata, setidaknya ada 80.353 posyandu lansia/posbindu yang tersebar di seluruh Indonesia.
Keberadaan pelayanan kesehatan ini diharapkan mampu memberikan pelayanan bagi kaum lansia untuk mendapatkan akses kesehatan yang mudah.
Saat ini, lanjut Nila, Indonesia menghadapi masalah kesehatan triple burden, yaitu masih tingginya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular, dan muncul kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi.
Pada kelompok lansia, Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, penyakit terbanyak pada warga lansia adalah hipertensi (57,6 persen), selebihnya adalah artritis, stroke, dan beberapa penyakit lain. Karena itu, pelayanan kesehatan yang ramah terhadap lansia harus terus dikembangkan.
Indonesia menghadapi masalah kesehatan ’triple burden’, yaitu masih tingginya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular, dan muncul kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi.
Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Emi Gustina mengatakan, walau terus ditingkatkan, jumlah fasilitas kesehatan khusus untuk orang lansia sampai saat ini masih terbatas. Dia mencontohkan, di kawasan Papua masih banyak daerah yang belum tersentuh pelayanan kesehatan bagi kaum lansia. Kendalanya adalah sulitnya akses dan keterbatasan tenaga kesehatan.
Untuk posbindu, misalnya, jumlah yang ada, yakni 80.353 unit, masih belum mencukupi. Idealnya ada sekitar 100.000 posbindu. ”Kalau bisa, posbindu ada di setiap rukun warga,” katanya. Keberadaan posbindu sangat penting sebagai langkah promotif-preventif untuk kesehatan warga lansia.
Selain itu, puskesmas santun lansia baru mencapai 3.645 unit, padahal kebutuhannya sekitar 5.000 unit. Keberadaan puskesmas ini cukup membantu karena disediakan khusus untuk kaum lansia. Mulai dari toilet, ruang tunggu, hingga pengambilan obat semua dilaksakan dengan sistem satu pintu yang memudahkan kaum lansia mendapatkan pelayanan kesehatan.
Untuk itu, ujar Emi, pihaknya sangat mengharapkan peran aktif pemerintah daerah untuk turut serta memberikan pelatihan dan meningkatkan infrastruktur pelayanan kesehatan bagi kaum lansia.