Kandidat Diingatkan Rendahnya Partisipasi Tahun 2013
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Debat publik kedua yang diikuti kandidat Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur 2018, Rabu (9/5/2018) malam, harus lebih berbobot ketimbang debat pertama. Sejumlah kalangan mengingatkan, partisipasi pemilih ikut ditentukan oleh kualitas kandidat, yang sebagian tergambar dalam debat nanti. Pada Pilgub Kaltim 2013, partisipasi pemilih hanya 55,81 persen.
Pilgub Kaltim 2018 diikuti empat pasang calon, yakni Andi Sofyan Hasdam-Rizal Effendi (nomor urut 1), Syaharie Jaang-Awang Ferdian Hidayat (nomor urut 2), Isran Noor-Hadi Mulyadi (nomor urut 3), dan Rusmadi-Safaruddin (nomor urut 4). Debat publik akan disiarkan langsung di stasiun televisi iNews pukul 19.00 WIB atau 20.00 Wita.
Carolus Tuah, pemerhati politik dan kebijakan publik, tidak terlalu yakin jalannya debat publik yang kedua akan lebih baik daripada debat pertama 25 April lalu. ”Mudah-mudahan mereka bisa sedikit mengubah performa. Namun tampaknya, ya, bakal sama kondisinya dengan jalannya debat yang pertama. Datar-datar saja,” ujarnya.
Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, Pradarma Rupang, berharap para kandidat tidak lupa bahwa partisipasi pemilih pada Pilgub Kaltim 2013 tergolong rendah, hanya 55,81 persen. Salah satu faktornya adalah kualitas para kandidat. Melihat jalannya debat pertama, Rupang pesimistis.
Oleh karena itu, Senin (7/5/2018), sejumlah aktivis lingkungan, termasuk Jatam Kaltim, mendatangi KPU Kaltim. Mereka menyerahkan daftar pertanyaan agar diteruskan kepada tim panelis selaku pembuat pertanyaan dalam debat publik (kandidat). Topik batubara dan lingkungan didesakkan.
Publik menanti apa komitmen dan aksi riil mereka soal lingkungan dan problematika seputar tambang. Itu enggak terlihat di debat pertama.
”Publik menanti apa komitmen dan aksi riil mereka soal lingkungan dan problematika seputar tambang. Itu enggak terlihat di debat pertama,” ujar Rupang.
Tuah menambahkan, dalam debat pertama, dua pekan lalu, nyaris semua peserta tampak gugup. Berdasarkan penilaian Tuah, cagub Sofyan Hasdam meyakinkan pada awal debat. Namun minusnya, salah satunya, gagasannya dianggap kosong tanpa penjelasan memadai. Rizal, pasangan Sofyan Hasdam, yang adalah petahana Wali Kota Balikpapan, dilihat tenang dan matang. Namun, Rizal tidak mampu memperkuat narasi yang dibangun Sofyan Hasdam.
Sementara Jaang disebut Tuah tidak ada aspek positifnya dalam debat pertama. Jaang tidak menunjukkan pengalaman politik selama 18 tahun (10 tahun sebagai Wakil Wali Kota Samarinda dan 8 tahun sebagai Wali Kota Samarinda). Jaang juga dilihat tidak menyiapkan jawaban masuk akal mengenai banjir.
Ia menambahkan, Awang Ferdian juga tidak terlihat kelebihannya saat debat pertama. Menurut Tuah, Awang Ferdian tampil gugup dan gagap. Pernyataannya pun ada yang keliru dan terlihat seperti menghafal. Awang Ferdian adalah anak gubernur Kaltim saat ini, Awang Faroek Ishak.
Memilih melucu
Sementara itu, penampilan Isran Noor dalam debat pertama, menurut Tuah, juga tidak ada aspek positifnya. ”Malah gagal mendefinisikan makna kedaulatan yang menjadi jargonnya. Juga kerap mengeluarkan celetukan aneh. Tidak siap debat dan tak mampu memanfaatkan waktu,” tuturnya.
Penampilan Isran yang berusaha berkomentar jenaka tapi tidak lucu itu, lanjut Tuah, coba ditutupi Hadi dengan pembawaan yang elegan. Penjelasan Hadi dilihat memadai. Hadi pun tampak tampil tenang.
Adapun Rusmadi, dalam penilaian Tuah, saat debat pertama tampil meyakinkan dengan selalu menyertakan data yang akurat dan cermat. Namun, mantan Sekda Kaltim ini belum bisa move on dari masa lalu. Ia malah tampil seolah-olah sebagai petahana dengan gaya defensif.
Safaruddin, pasangannya, lebih berani berdebat dibandingkan kandidat lain. Namun, mantan Kepala Polda Kaltim ini dalam debat pertama kewalahan mengimbangi gaya bicara Rusmadi. ”Safaruddin memilih melucu, bukannya memperkuat narasi Rusmadi,” ucap Tuah.
Ia melanjutkan, beranjak dari debat pertama, mudah ditebak masyarakat akan lebih menyorot performa Jaang dan Isran. ”Malam ini, saya dan kawan-kawan yang sebagian adalah anak-anak muda akan nonton bareng debat kandidat. Kita lihat apa pendapat mereka,” ujar Tuah.
Sri Gunawan (40), warga Balikpapan, berharap debat publik kedua lebih berbobot. ”Semoga kandidat bisa menyampaikan visi misi yang realistis soal Kaltim serta rencana konkret pencapaian. Jangan sekadar retorika,” ujarnya, yang kecewa dengan jalannya debat pertama.
Semua kandidat, menurut Gunawan, diharapkan menyentuh masalah utama Kaltim, yakni kerusakan lingkungan akibat tambang batubara. ”Jangan hanya fokus pada eksploitasi sumber daya alam, tapi bagaimana mempertahankan hutan dari ancaman tambang, juga sawit,” katanya.