Ciayumajakuning alias Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan, Jawa Barat, selama ini seperti terlupakan. Kawasan itu masih terbelenggu kemiskinan. Namun, menjelang pemilihan kepala daerah, Ciayumajakuning menjadi rebutan para calon gubernur dan wakil gubernur.
Dengan potensi pemilih sekitar 5 juta jiwa, Ciayumajakuning cukup diperhitungkan untuk mendulang suara di Pilkada Jabar, 27 Juni. Empat kontestan pun rajin bersafari ke Ciayumajakuning. Spanduk mereka memadati pusat kota hingga desa.
Seperti Senin (7/5/2018) siang, saat calon gubernur Ridwan Kamil mengunjungi Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. Emil, sapaannya, datang untuk mendengar keluhan petani garam dan udang di daerah itu, sekaligus berkampanye.
Sebelumnya, pasangan calon TB Hasanuddin dan Anton Charliyan menggelar pesta rakyat di sentra rotan, Tegalwangi, Cirebon. Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri turun langsung mengampanyekan calon yang didukung partai itu. ”Daerah Cirebon ini selalu memenangkan PDI-P. Saya berharap wilayah ini bisa memenangkan Pak Hasanuddin dan Pak Anton,” ujar Megawati.
Dua kontestan lain, yakni Sudrajat-Ahmad Syaikhu dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, juga beberapa kali mengunjungi Ciayumajakuning. Lalu, siapa yang paling unggul?
”Di Ciayumajakuning, kami menargetkan minimal mendapat 60 persen suara. Ini sudah kami hitung, suara riil. Survei kami akhir 2017 sudah menang telak di Ciayumajakuning,” ujar Deddy, yang didukung Demokrat dan Golkar, Maret lalu.
Dalam survei Litbang Kompas, 19 Februari-4 Maret 2018, berdasarkan penguasaan Ciayumajakuning, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi memperoleh 46,6 persen suara, sementara pasangan Emil-Uu mendapatkan 28 persen suara. Sudrajat-Syaikhu dan Hasanuddin-Anton masing-masing meraih 9,3 persen dan 3,4 persen. Adapun 12,7 persen belum menentukan pilihannya. Survei dilakukan dengan mengumpulkan pendapat melalui wawancara tatap muka pada 800 responden dengan umur minimal 17 tahun yang dipilih secara acak.
Kemiskinan
Di tengah perebutan suara Ciayumajakuning, daerah itu sudah lama luput dari pemerintah provinsi. ”Baru tahun ini ada bantuan dari Pemprov Jabar untuk petani garam di Cirebon,” ujar Ketua Koperasi Garam Rakyat Muara Jati, Kusnadi. Padahal, bersama Indramayu, Cirebon menjadi penghasil garam di Jabar, bahkan secara nasional, dengan 440.503 ton (2015).
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, persoalan kemiskinan masih membelenggu Ciayumajakuning. Persentase kemiskinan di salah satu kawasan lumbung beras nasional itu melebihi rata-rata tingkat kemiskinan di Jabar, yakni 7,74 persen. Kuningan dan Cirebon bahkan mencapai 13 persen.
Namun, Ciayumajakuning melalui Majalengka bakal menjadi pintu gerbang wisatawan Nusantara dan luar negeri ke Jabar. Bandara Internasional Jabar Kertajati di Majalengka dipastikan mulai beroperasi 24 Mei.
Pengamat politik dari Universitas Swadaya Sunan Gunung Jati, Cirebon, Khaerudin Imawan, mengingatkan para calon agar menyiapkan program untuk memanfaatkan infrastruktur seperti Bandara Kertajati.
Ciayumajakuning pernah mencapai kejayaannya pada abad ke-15. Pusat penyebaran agama Islam di Jabar oleh Sunan Gunung Jati, salah satu wali sanga di tanah Sunda, dimulai di Cirebon.
Bagaimana masa depan kawasan itu lima tahun ke depan? Para calon harus mampu menjawabnya. Kejayaan Ciayumajakuning butuh dikembalikan lagi, bukan sekadar ramai dibicarakan menjelang pilkada.