Pulihkan Kepercayaan
Meski tidak signifikan, dampak teror bom Surabaya berpengaruh terhadap ekonomi dan pariwisata. Pemerintah bersama masyarakat agar berkampanye bahwa situasi telah aman.
SURABAYA, KOMPAS Ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo, Minggu-Senin (13-14/5/2018), menurunkan tingkat hunian hotel di Surabaya. Perlu ada kampanye bersama untuk membuktikan Surabaya sudah aman. Di Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, pemerintah berupaya memulihkan kondisi dengan meningkatkan pengamanan di seluruh Indonesia.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Jawa Timur Sugito Adhi, Selasa, di Surabaya mengatakan, jelang Ramadhan merupakan masa tingkat hunian hotel rendah. ”Biasanya kurang dari 50 persen,” ujarnya.
Begitu bom bunuh diri melanda Surabaya, banyak pemesan kamar hotel, dari dalam dan luar negeri, membatalkan. Alasannya, suasana Surabaya kurang kondusif. ”Tingkat hunian sekarang 50-60 persen. Kemungkinan penginapan dan pusat perbelanjaan menggeliat lagi sepekan ke depan karena kondisi keamanan terus membaik,” kata Manajer Hotel Amaris Embong Malang Jaelani Romli.
Menurut Sugito, pemerintah perlu mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk ke Surabaya. ”Pemerintah dan media massa perlu terus mengampanyekan bahwa Surabaya sudah aman agar wisatawan kembali bergairah,” ucap Sugito.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pemerintah kota dan kepolisian terus menyisir teroris lain agar Surabaya kembali nyaman. Kepercayaan masyarakat hanya bisa dipulihkan dengan memastikan tidak ada lagi teroris yang berkeliaran.
Sejak Senin, seluruh kantor, hotel, dan fasilitas umum meningkatkan pengamanan dengan memeriksa semua pengunjung dan barang bawaan. Di Pemkot Surabaya, selain menerjunkan satpol PP dan linmas, ada polisi bersenjata laras panjang berjaga di balai kota. Akses jalan di sekitar balai kota ditutup dan bebas dari kendaraan umum.
Tak terpengaruh
Aksi teror di Surabaya tidak berpengaruh signifikan terhadap kunjungan wisata ke Malang Raya. Sejumlah pelaku wisata mengakui ada penurunan jumlah wisatawan, tetapi bukan disebabkan oleh terorisme, melainkan karena jelang Ramadhan.
Manajer Pemasaran dan Humas Jatim Park Group Titik S Arianto di Batu, Selasa, mengatakan, serangan bom di Surabaya menyebabkan beberapa sekolah Surabaya menunda dan membatalkan kunjungan ke Jatim Park karena alasan keamanan.
Saat ini, jumlah pengunjung Jatim Park lebih dari 500 orang per hari. Angka ini di bawah kondisi hari biasa yang mencapai 1.500-an orang.
Dari pantauan Selasa siang, sejumlah kendaraan pengunjung terlihat di tempat parkir Jatim Park 2 dan 3, tetapi merupakan kendaraan pribadi. Tidak tampak bus yang membawa rombongan wisatawan dari luar daerah.
Suasana jalan di Kota Batu relatif lengang. Di Alun-alun Batu yang biasanya ramai oleh wisatawan, hanya sedikit mobil wisatawan sekitar Malang, seperti Kediri dan Surabaya.
Hal senada dikatakan pengurus agrowisata petik apel di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Batu. Pengurus Kelompok Tani Makmur Abadi, Harno, mengatakan, jumlah pengunjung menurun tiga hari terakhir. Hari Minggu, jumlah pengunjung 300-an orang dan Senin 200-an orang.
”Hari ini, sampai pukul 12.00, jumlah pengunjung hanya 30-40 orang. Jumlah wisatawan turun, mungkin karena jelang puasa. Biasanya selama puasa jumlah wisatawan turun dan baru ramai kembali setelah Lebaran. Saat ini ada 15 kelompok wisatawan dari Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah yang memesan tiket untuk setelah Lebaran,” katanya.
Ketua PHRI Kota Malang Dwi Cahyono menyatakan hal sama. Peristiwa terorisme di Surabaya tak banyak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Malang Raya. PHRI mendukung kepolisian mengambil tindakan tegas kepada pelaku teror dan meminta masyarakat tidak perlu khawatir.
Antisipasi dampak
Wapres Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa, mengakui, aksi terorisme yang terjadi beberapa hari terakhir berdampak buruk bagi perekonomian, terutama investasi dan pariwisata. ”Pasti dalam jangka pendek ada banyak pertanyaan dan kekhawatiran,” katanya.
Namun, pemerintah optimistis dampak buruk segera tertangani. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memulihkan situasi dan kondisi dengan meningkatkan kewaspadaan dan keamanan. Pemerintah juga terus mencari dan menyelidiki pelaku serta auktor intelektualis yang mendalangi peledakan bom di Surabaya.
Dengan upaya itu, pemerintah yakin, kepercayaan para investor, pelaku usaha, dan wisatawan dapat segera dikembalikan.
Kalla mencontohkan, kasus bom Bali I pada 2002 dan bom Bali II pada 2005 membuat kunjungan wisatawan turun drastis. Namun, kondisi pariwisata di Bali pulih hanya dalam waktu enam bulan.
Dari pengalaman itu, Kalla optimistis pemulihan pascateror di Surabaya bisa dilakukan dengan cepat. Agenda besar yang diselenggarakan di Indonesia pun tidak akan terganggu. Agenda besar itu di antaranya pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali pada Oktober serta Asian Games XVIII di Jakarta dan Palembang pada Agustus.
Pemerintah akan menyiapkan lebih dari 100.000 personel Polri dan TNI untuk mengamankan agenda tersebut. ”Pasukan akan menjaga, mengantisipasi seluruh kemungkinan. Kami optimistis saat Asian Games, juga pertemuan Bank Dunia, aman,” ujarnya.