SURABAYA, KOMPAS - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus berusaha mengantisipasi berbagai ancaman terorisme, salah satunya dengan mengumpulkan pilar sosial. Mereka yang dikumpulkan adalah pengurus rukun tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), untuk untuk dilakukan pembinaan dan komunikasi sosial. Langkah ini untuk menjaga situasi aman dan kondusifnya Kota Surabaya, setelah peristiwa bom bunuh diri di tiga gereja dan Mapolresta Surabya.
Pada Rabu (16/5/2018) situasi Kota Surabaya semakin menggeliat. Hampir seluruh jalanan lalu lintas ramai, meski masih ada beberapa lokasi terutama gereja dan pos polisi dilakukan peningkatan pengamanan. Pengelola gedung terutama pusat perbelanjaan dan hotel menerapkan sistem pengamanan yang ketat dengan memeriksa seluruh pengunjung termasuk barang bawaan.
Pengunjung pusat perbelajaan dan restoran juga tampak ramai, pasca peristiwa bom bununh diri pada Senin dan Selasa. “Sementara tidak ke luar rumah, apalagi anak SD dan SMP juga masih libur, jadi diawasi belajar di rumah saja, rasa takut ke tempat keramaian juga masih ada,” kata Vonny, ibu rumah tangga tinggal di Rungkut.
Risma dalam pertemuan dengan pengurus RT maupun RW, serta tokoh masyarakat dan tokoh agama, salah satu sarana kegitan komunikasi sosial untuk monitoring perkembangan wilayah, khususnya di teritorial wilayah Kecamatan Rungkut, Selasa (15/5/2018) malam menyebutkan dalam perkembangannya, dua keluarga yang melakukan bom bunuh diri di tiga gereja dan Mapolresta Surabaya berdomisili di Kecamatan Rungkut.
Rumah Dita Supriyanto, pelaku bom bunuh diri di tiga gereja pada Minggu (13/5/2018) berada di Perumahan Wisma Indah Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Di rumah keluarga yang beranggotakan 6 orang ini, polisi masih menemukan tiga bom aktif.
Sementara rumah Tri Murtono pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Surabaya yang dilakukan Senin (14/5/2018), beralamat di Jalan Tambak Medokan Ayu Surabaya. Di Rumah kontrakan itu polisi bahkan menemukan 52 paket bom yang siap diledakkan, maka polisi segera melakukan peledakan di lahan kosong sekitar Gunung Anyar, pada Selasa (15/5/2018).
Siskamling dan pengamanan swakarsa, kalau bisa mohon untuk diaktifkan kembali
Dengan masih ada bom aktif yang ditemukan oleh polisi, Risma terus menekankan agar warga tetap waspada terhadap orang-orang yang dirasa mencurigakan. Warga juga diminta agar tidak mudah terpancing akan adanya provokasi, sekaligus menghimbau kepada seluruh warganya, agar aktif membantu pemerintah dalam upaya mempressure ruang gerak para pelaku teror. “Siskamling dan pengamanan swakarsa, kalau bisa mohon untuk diaktifkan kembali," kata dia.
Disamping memberikan imbauan, Risma juga menyampaikan kepada para pengurus RT dan RW bagaimana ciri-ciri para pelaku teror yang biasa tinggal di masyarakat. Menurutnya, orang-orang seperti ini, justru biasanya akan lebih sopan dan ramah terhadap tetangga. Namun untuk kehidupannya, seperti keseharian atau pekerjaan mereka lebih memilih untuk tertutup. Jika dirasa ada warga yang sangat dicurigai, jangan memaksa untuk mengatasinya. Saya tidak mau terjadi apa-apa dengan warga saya. Silahkan penjenengan memberikan informasi saja, biarkan nanti aparat yang bergerak,” begitu ucap Risma.
Selain memberikan imbauan, Risma bersama jajarannya juga mendengar aspirasi dan keluhan yang berasal dari wilayah setempat, seperti kamtibmas dan pelayanan pemerintahan. Secara langsung ia memberikan kesempatan kepada para pengurus RT maupun RW untuk menyampaikan uneg-unegnya. Hal ini dilakukan untuk memberikan rasa aman, nyaman dan pelayanan terbaik kepada masyarakat. “Semakin banyak informasi dari pengurus RT dan RW, maka jajaran di Pemkot Surabaya bisa lebih menangani,” katanya.