Antisipasi Potensi Longsor
YOGYAKARTA, KOMPAS Kementerian Perhubungan memerintahkan PT Kereta Api Indonesia mengantisipasi potensi tanah longsor di sejumlah jalur kereta api selama masa libur Lebaran mendatang. Meski sudah masuk musim kemarau, potensi longsor tetap harus diwaspadai.
”Saya sudah koordinasi dengan direksi PT KAI dan meminta mereka untuk mengidentifikasi tempat (jalur kereta api) yang rawan longsor,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat meninjau Stasiun Tugu Yogyakarta, Sabtu (19/5/2018).
Budi menyatakan, pada masa libur Lebaran, potensi turun hujan sebenarnya sudah berkurang karena wilayah Indonesia memasuki musim kemarau. Kemungkinan terjadinya tanah longsor juga lebih kecil.
”Insya Allah, nanti saat Lebaran ini sudah enggak ada hujan lagi. Jadi, ancaman longsor relatif berkurang, tetapi kita harus tetap melakukan suatu persiapan apabila terjadi longsor,” kata Budi.
Budi memaparkan, pihaknya telah memerintahkan PT KAI menyiapkan sumber daya manusia, perlengkapan, dan material yang dibutuhkan untuk mengantisipasi bencana tanah longsor. Seluruh peralatan dan material serta sumber daya manusia yang dibutuhkan harus disiapkan di dekat wilayah-wilayah yang rawan longsor.
Jika bencana tanah longsor terjadi, penanganan bisa cepat dilakukan. ”Dari identifikasi kami, yang sering longsor daerah Jawa Barat bagian selatan,” ujarnya.
Budi menuturkan, kereta api masih menjadi salah satu transportasi favorit pada masa libur Lebaran. Banyak warga memilih mudik menggunakan kereta api karena sejumlah alasan, antara lain harga tiket relatif terjangkau, suasana di kereta api nyaman, serta waktu perjalanan sudah terjadwal dengan pasti.
”Ada kecenderungan masyarakat pilih kereta api dibandingkan moda angkutan lain. Alasannya harga kompetitif, suasana nyaman, petugas ramah, dan ada kepastian waktu,” katanya.
Budi menambahkan, selama masa libur Lebaran mendatang, pemerintah akan memperketat keamanan di simpul-simpul transportasi, misalnya bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal. Peningkatan keamanan itu dilakukan setelah ada aksi terorisme di sejumlah kota, beberapa waktu lalu. Untuk meningkatkan keamanan, Kemenhub melibatkan kepolisian dan TNI. ”Langkah detail pengamanan sudah ada,” katanya.
Tanah labil
Secara terpisah, Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi (Daop) VI Yogyakarta Eko Budiyanto mengatakan, secara umum, jalur kereta api di wilayah Daop VI tidak rawan longsor. Namun, PT KAI Daop VI melakukan pengawasan secara khusus terhadap jalur kereta api antara Stasiun Kalioso di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sampai Stasiun Goprak di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Penyebabnya, tanah di wilayah itu labil.
Eko menambahkan, PT KAI Daop VI telah memasang bronjong di bagian kiri dan kanan jalur kereta api antara Stasiun Kalioso dan Stasiun Goprak agar struktur tanah lebih kuat. ”Kami juga menempatkan petugas di daerah rawan untuk mengantisipasi kejadian longsor di wilayah tersebut,” ujarnya.
Manajer Hubungan Masyarakat PT KAI Daop II Bandung Joni Martinus, Sabtu, menyatakan, PT KAI Daop II Bandung meningkatkan intensitas pemantauan di 47 titik rawan bencana longsor dan banjir. Tujuannya menjamin kelancaran arus mudik Lebaran tahun ini.
”Jalur selatan akan menjadi prioritas utama,” katanya, Sabtu.
Joni mengatakan, beberapa jalur di selatan yang rawan bencana adalah kawasan Malangbong, termasuk rute rawan Cibatu-Ciawi sepanjang 35 km dan Stasiun Ciganea-Sukatani-Plered (Purwakarta) sepanjang 11 km. Selain itu, ada rute Cikadongdong-Cilame (Kabupaten Tasikmalaya) sepanjang 42 km.
”Untuk memaksimalkan pemantauan, kami menyiagakan 170 personel. Ada penambahan personel sebanyak 68 orang. Di tiap pos pantau disiagakan 3-4 petugas,” katanya.
Joni mengatakan, mereka bertugas memantau kondisi di sekitar titik rawan masing-masing dari bencana longsor, banjir, atau ambles. Petugas di tiap pos pantau dilengkapi dengan alat pengukur penurunan tanah.
”Selain itu, ada juga pemeriksa jalur kereta. Mereka akan mengawasi rel dengan berjalan kaki. Kami juga akan mengoperasikan kereta ukur untuk menjamin kestabilan rel,” katanya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung Tony Agus Wijaya menjelaskan, hujan masih berpotensi turun meski tidak lebat pada Mei-Juni.
”Bulan Mei ini, musim pancaroba, hujan ke kemarau masih terjadi di semua daerah di Jabar. Potensi hujan ringan atau hujan lebat dengan durasi singkat kurang dari 1 jam masih akan terjadi. Musim kemarau terjadi baru di bulan Juni,” katanya.
(HRS/SEM)