Awal 1970-an menumpang kereta api Bima jurusan Jakarta-Surabaya dan sebaliknya menimbulkan rasa berbeda. Dengan fasilitas kabin tempat tidur bak hotel berjalan, film, lagu-lagu, sampai pemberitahuan waktu shalat menjadikan kereta Bima diminati orang. Tarif karcis Bima jauh lebih mahal daripada kereta kelas ekonomi. Dari tahun 1968 sampai 1970 tarif kelas utama Bima Rp 6.750. Sementara tarif pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Surabaya berkisar Rp 6.650-Rp 7.425. Kini, tarifnya berkisar Rp 395.000-Rp 495.000 (lama perjalanan 13 jam), sedangkan pesawat terbang dengan rute sama Rp 420.000-Rp 740.000 (1,5 jam). Bima dioperasikan sejak tahun 1967 dalam bentuk kerja sama Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) dan Compass Travel. Baru mulai 1969 sepenuhnya di bawah kendali PNKA. Setiap kali jalan Bima bisa membawa sekitar 120 penumpang.
Keuangan Bima sempat kebobolan karena adanya kongkalikong antara kondektur dan penumpang. Tahun 1976, sebagian penumpang hanya membayar setengah dari harga karcis kepada kondektur. Uang itu masuk ke kantong kondektur. Kelas utama tak terjual tiketnya, tetapi selalu penuh. Sejumlah penumpang juga memberi andil membuat kereta Bima kumuh karena dinding-dindingnya dicorat-coret. Hak khusus diberikan kepada anggota DPR sebanyak 14 tempat duduk setiap hari. Pada 1973 sering kali tempat duduk yang terisi hanya 10-12. Pasalnya, anggota DPR memesan hanya lewat telepon. Akan tetapi, yang bersangkutan tak muncul sehingga kursi itu pun kosong. Hal ini jelas merugikan masyarakat karena rakyat biasa harus mengantre dan sulit mendapat karcis Bima.
Jalan malam
Nama rangkaian kereta api Bima merupakan singkatan dari Biru Malam, sesuai dengan warna kereta yang biru dan perjalanan kereta di malam hari. Kereta Bima buatan Jerman Timur sudah dipesan sejak masa Presiden Soekarno. Didatangkan secara bertahap dalam kurun 1964-1966 dan didesain dengan kabin tempat tidur. Awal dioperasikan, rute Bima adalah Jakarta-Yogya-Solo-Madiun-Surabaya (pp), menempuh jarak 850 kilometer dengan waktu sekitar 17 jam.
Tahun 1972 muncul berita menarik dari perjalanan Bima. Seorang bayi laki-laki lahir di kereta ketika Bima melintas antara Karawang dan Bekasi dalam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta. Bayi itu kemudian diberi nama Bima.