Khalisa-Khanisa Jadi Pasien Kembar Siam Ke-91 RSUD Dr Soetomo
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Bayi kembar siam Khalisa dan Khanisa asal Ternate, Maluku Utara, akan menjalani operasi pemisahan darurat, Rabu (23/5/2018) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur.
Sebanyak 50 dokter dan perawat yang tergabung dalam tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo akan melakukan operasi bayi kembar siam ke-91 di rumah sakit tersebut.
Ketua Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo dr Agus Harianto, Selasa (22/5/2018) di Surabaya, mengatakan, operasi pemisahan dilakukan karena kondisi kedua bayi sudah dalam keadaan optimal.
”Kondisinya memang belum maksimal, tetapi sudah cukup optimal untuk menjalani operasi. Jika ditunda bisa berbahaya karena ada kelainan jantung,” katanya.
Khalisa dan Khalisa saat ini berada di ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Gedung Bedah Pusat Terpadu, RSUD Dr Soetomo. Keadaan kedua bayi tidak panas dan berat badan sudah cukup baik.
Ketika pertama kali dirujuk dari RSUD Dr H Chasan Boesoirie, Ternate, ke RSUD Dr Soetomo pada Sabtu (28/4/2018), putri keenam dan ketujuh pasangan Suhardi Tjan (49) dan Nurhayati Syarif (42) itu memiliki berat 4.700 gram. Adapun setelah dirawat selama lebih dari tiga minggu, berat badan naik menjadi 6.150 gram.
Ketua Tim Operasi dr Purwadi mengatakan, organ kedua bayi tersebut lengkap. Namun, mereka mengalami dempet di bagian dada dan perut. Tim dokter harus memisahkan kedua bayi tersebut agar keduanya bisa menjalankan aktivitas dengan normal.
Khanisa mengalami kelainan jantung patent ductus arterious (PDA), yakni kelainan lubang penghubung antara aorta dan arteri pulmonalis.
Salah satu bayi, Khanisa, mengalami kelainan jantung patent ductus arterious (PDA), yakni kelainan lubang penghubung antara aorta dan arteri pulmonalis. Akibatnya, paru-paru terisi oleh darah yang seharusnya dialirkan ke seluruh tubuh.
Oleh karena kompleksitas tersebut, tim juga menggandeng dari bedah jantung anak, bedah anak, dan bedah plastik untuk melakukan operasi. Tindakan dimulai dengan mengikat pembuluh darah PDA dan menutupnya, kemudian baru tim dari bedah plastik akan menutup kekurangan kulit. ”Lama operasi diperkirakan 12 jam,” ujar Purwadi.
Suhardi mengatakan, keluarganya berharap yang terbaik atas tindakan yang dilakukan tim dokter. Dia juga berterima kasih kepada Pemerintah Kota Ternate dan seluruh donatur yang membantu operasi kedua putrinya tersebut selama di Ternate dan Surabaya.