AMBON, KOMPAS — Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi di Kota Ambon, Maluku, selama satu pekan terakhir diperkirakan berlangsung hingga beberapa hari mendatang. Kondisi itu dapat berpotensi menimbulkan banjir dan longsor, yang pada lima tahun lalu mengakibatkan sejumlah warga meninggal. Warga pun diingatkan untuk waspada.
Hingga Selasa (22/5/2018) petang, mendung masih menggelayut di langit kota Ambon dan sesekali terjadi hujan. Sejak Senin malam hingga Selasa dini hari, hujan lebat beberapa kali mengguyur kota Ambon dan sekitarnya. Sebagian warga yang tinggal di daerah rawan banjir dan longsor mengungsi ke rumah saudara dan kerabat yang lebih aman.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi, Pattimura, Ambon, hujan lebat diikuti petir dan angin kencang terjadi di hampir semua wilayah di Maluku, mulai dari Kepulauan Aru hingga Maluku Barat Daya di sisi selatan sampai ke Pulau Seram di bagian utara Maluku. Kondisi itu diperkirakan berlangsung tiga hari ke depan.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi, Pattimura, Rion S Salman, mengatakan, sebagian wilayah Maluku kini memasuki musim hujan. Oleh karena itu, sewaktu-waktu bisa terjadi hujan deras diikuti petir. Saat ini, awan tumbuh subur dan menumpuk di langit Maluku sehingga sewaktu-waktu akan terjadi hujan.
Menurut dia, hujan deras yang umumnya terjadi pada malam dan dini hari itu tidak akan berlangsung lama. Itu disebabkan angin kencang yang dapat menggeser posisi awan hujan. ”Namun, tetap harus diwaspadai sebab perubahan signifikan bisa saja terjadi,” katanya.
Dari catatan Kompas, hujan deras selama beberapa hari pernah menyebabkan banjir dan longsor di sejumlah titik di Ambon. Banjir paling parah pernah terjadi di Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau, sedangkan longsor terparah terjadi di Desa Batugajah, Kecamatan Nusaniwe. Pada tahun 2013, lima orang meninggal akibat kejadian itu.
Tahun lalu, longsor dan banjir pun kembali terjadi di Ambon. Seorang warga di kawasan Karangpanjang, Kecamatan Sirimau, meninggal tertimpa reruntuhan tanah. Tahun ini, longsor terjadi di Desa Kilang, Kecamatan Leitimur Selatan, menyebabkan putusnya jalan utama penghubung empat desa dengan pusat Kota Ambon.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Ambon Demmy Paays mengatakan, banyak warga yang memaksakan diri membangun rumah di kawasan rawan longsor. Ia memastikan bangunan itu tidak mengantongi izin dari pemerintah. ”Kami sudah menyampaikan berulang kali, tetapi masyarakat beralasan mereka tak punya lahan lain,” katanya. Bangunan di daerah rawan longsor itu ada di Batugajah dan Karangpanjang.
Demmy menambahkan, jalan yang putus di Desa Kilang pada pekan lalu sudah ditangani. Pada Senin dan Selasa kemarin, warga dari empat desa, yakni Kilang, Naku, Ema, dan Hukurila, ikut membantu menimbun jalan bekas longsor itu menggunakan batu dan tanah. Adapun perbaikan permanen masih menunggu kebijakan dinas terkait. Pada Rabu diperkirakan akses itu akan kembali lancar.
Gelombang tinggi
BMKG Stasiun Meteorologi Pattimura juga memperkirakan gelombang tinggi terjadi di hampir semua wilayah perairan di Maluku dengan ketinggian maksimal mencapai 4 meter (m). Di sekitar Pulau Ambon, tinggi gelombang mencapai 2,5 m. Adapun yang terparah melanda bagian tenggara Maluku, seperti Laut Arafura, perairan di Kepulauan Kei, dan Kepulauan Tanimbar.
Dari pantauan di Pelabuhan Enrico, aktivitas pelayaran rakyat di pelabuhan itu dihentikan sementara. Armada pelayaran rakyat itu umumnya menggunakan kapal kayu berukuran kurang dari 50 gros ton. Rute tujuan pelayaran kebanyakan ke pulau-pulau di Kabupaten Seram Bagian Barat dan desa-desa di pesisir Pulau Buru.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.