Misa Arwah Mengantar Bayu Rendra ke Peristirahatan Kekal
Oleh
Ambrosius Harto
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Korban teror bom Aloysius Bayu Rendra Wardhana, Rabu (23/5/2018), dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Keputih, Surabaya. Sebelum dipusarakan, jenazah dilepas dalam misa arwah peringatan martir di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya. Gereja Katolik itu merupakan tempat korban tewas secara mengenaskan, Minggu (13/5/2018).
Perayaan ekaristi dipimpin oleh Pastor Kepala Paroki Santa Maria Tak Bercela RD Alexius Kurdo Irianto. Ia didampingi pastor rekan paroki RD Aloysius Widyawan dan tujuh pastor atau di Jawa biasa disebut romo dari paroki lainnya di Surabaya dalam Keuskupan Surabaya. Keluarga Bayu antara lain orangtua, adik, istri, dan kedua anaknya duduk di kursi baris terdepan.
Misa dimulai pukul 11.00 WIB dan berakhir 1 jam 15 menit kemudian. Umat yang hadir lebih dari 2.000 orang termasuk kalangan warga non-Katolik yang berempati terhadap korban teror bom. Seusai perayaan ekaristi, jenazah Bayu diberkati oleh para pastor dan dilepas untuk kemudian diantar ke TPU Keputih dan dikebumikan di sana.
Bayu merupakan satu dari enam korban tewas akibat teror bom pada Minggu (13/5/2018) pukul 07.10 WIB. Bayu tewas saat mencoba menghentikan sepeda motor yang menerobos lewat gerbang selatan Gereja Katolik itu. Teror oleh dua remaja yakni Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16) dengan bom bunuh diri. Selain menewaskan enam umat gereja, horor berdarah melukai 24 orang termasuk dua anggota Kepolisian Sektor Gubeng.
Dalam khotbah misa, Kurdo mengatakan, almarhum adalah petugas gereja. Bayu memerhatikan dan peduli terhadap kegiatan kecil tetapi penting bagi gereja. Bayu melibatkan diri bersama kalangan pemuda pemudi untuk mengatur lalu lalang kendaraan umat yang hendak mengikuti perayaan ekaristi. “Mas Bayu, kami mohon maaf jika pernah meremehkan dan mengabaikan ketulusan Anda dalam bertugas. Padahal, pengorbanan Mas Bayu begitu besar bagi kami sehingga misa setiap Minggu terutama berjalan lancar,” katanya.
Pengorbanan Bayu mencegah pelaku teror bom agar tidak masuk lebih dalam diyakini merupakan perbuatan dari buah iman yang tinggi. Jika Bayu tidak mencegah pelaku, dampak horor berdarah itu bisa lebih fatal dan mengerikan. Tindakan dan keputusan sederhana Bayu meski mengorbankan jiwa dan raga membuat umat tidak boleh takut.
Mas Bayu, kami mohon maaf jika pernah meremehkan dan mengabaikan ketulusan Anda dalam bertugas. Padahal, pengorbanan Mas Bayu begitu besar bagi kami sehingga misa setiap Minggu terutama berjalan lancar
Kurdo melanjutkan, umat terus diajak untuk memaafkan dan mengampuni pelaku teror bom. Di sisi lain, umat didorong berani melawan untuk mencegah berbagai tindakan yang menodai martabat manusia misalnya terorisme. Tindakan yang menghina martabat manusia berarti merendahkan Allah yang diyakini umat manusia sebagai Sang Pencipta.
Bayu merupakan anak dari pasangan Siswanto dan Fransisca Ida Sutrisni. Bayu meninggalkan istrinya Monique Dewi Andini, guru di Kelompok Bermain Katolik Santa Clara, dan dua anak yang masih balita yakni Cornelius Aaron Nata Dinindra (3 tahun) dan Birgitta Alyssia Nata Dinindra (10 bulan).
Sebelum pemberangkatan jenazah, Siswanto mengucapkan terima kasih kepada umat yang hadir dalam misa arwah dan pelepasan. Siswanto juga memohon maaf jika ada kesalahan keluarga dan Bayu ketika almarhum hidup. Keluarga berusaha tetap tegar, tabah, dan sabar. Keluarga berupaya mengampuni dan mendoakan pelaku teror bom.