logo Kompas.id
NusantaraPenyelamat yang Terabaikan
Iklan

Penyelamat yang Terabaikan

Oleh
CHE/VIO/RAM/COK/DIA/NIT/REN/GRE/ITA
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/BTLmt2Gq0Ih4KmUN_47UqGLmC1U=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F05%2F65774970.jpg
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Petani kopi Desa Talang Mekenang, Kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, menjemur biji kopi, Sabtu (12/5/2018)

Hama karat daun yang mematikan banyak kopi arabika pada awal abad ke-20 menjadi tiket masuknya robusta ke Nusantara. Kisah robusta bermula dari 150 biji kopi yang dibeli dari Belgia tahun 1900. Kopi mendarat pertama kali di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Mulanya begitu semarak, tetapi puluhan tahun kemudian kisah robusta meredup. Sang penyelamat itu bahkan menyandang stigma sebagai kopi kelas dua, setelah arabika.

Di tengah hiruk-pikuk geliat kopi, nasib robusta bagaikan anak tiri. Ia dianggap kurang istimewa. Menjadi nomor dua, setelah arabika. Padahal, dalam peta kopi Nusantara, robusta sesungguhnya sebagai tulang punggung.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000