SURABAYA, KOMPAS - Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo, Surabaya, berhasil memisahkan bayi kembar siam Khalisa dan Khanisa asal Ternate, Maluku Utara, Rabu (23/5/2018) sekitar pukul 18.30. Kedua bayi berumur 2 bulan tersebut kini memasuki fase kritis pascaoperasi untuk memastikan kondisinya stabil.
”Waktu yang diperlukan untuk operasi bertambah 30 menit (dari perkiraan 12 jam) karena sempat terhenti sementara setelah ditemukan ada bagian pembuluh darah yang seharusnya tidak ada di pembuluh darah jantung. Meski hanya aksesori, namun tetap berfungsi mengalirkan darah,” kata Ketua Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo dr Agus Harianto, SpA.
Sebagaimana diberitakan (Kompas.id, 23/5/2018), sebelum operasi, tim sudah mengetahui kondisi salah satu bayi, Khanisa, mengalami kelainan jantung patent ductus arteriosus (PDA), yakni kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) yang menyebabkan darah dari aorta yang bertekanan tinggi mengalir ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. Karena itu, tim amat berhati-hati memisahkan mereka agar keduanya bisa selamat.
Pascaoperasi, tim akan memantau kondisi bayi kembar siam ke-91 yang dipisahkan oleh tim dari RSUD Dr Soetomo itu. Tim dokter belum bisa memastikan waktu yang diperlukan hingga kedua bayi dinyatakan stabil karena tiap kasus memiliki kondisi berbeda. ”Kami belum bisa memastikan apakah perlu operasi lanjutan karena menunggu hasil evaluasi,” kata Agus.
Kembar siam Banjarmasin
Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tim medis RSUD Ulin kembali menangani bayi kembar siam yang lahir pada 12 Mei 2018. Kedua bayi mengalami dempet pada dada dan perut. Bayi kembar siam perempuan, anak kedua dari pasangan Ilham Ramadhan (30) dan Hana Fitria (26), warga Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, itu lahir melalui operasi caesar.
”Ini adalah kejadian kedua di RSUD Ulin. Dibandingkan kejadian sebelumnya, tahun 2015, yang sekarang tidak kompleks. Mudah-mudahan ini bisa ditangani lebih baik dari yang pertama,” kata dr Ari Yunanto, SpA, Ketua Tim Dokter Bayi Kembar Siam RSUD Ulin, di Banjarmasin, Rabu.
Bayi kembar siam pertama di RSUD Ulin sempat dirawat intensif selama empat bulan. Namun, bayi tidak tertolong setelah dibawa pulang oleh orangtuanya.
Menurut Ari, bayi kembar siam memiliki risiko tinggi. Kondisi bayi kembar siam yang sekarang belum stabil sehingga harus dijaga dengan baik. ”Kami sudah berkomunikasi dengan tim dokter di Surabaya untuk penanganan bayi kembar siam itu lebih lanjut,” ujarnya.
Pudji Andayani, dokter spesialis anak yang turut menangani bayi kembar siam, mengatakan, bayi kembar siam itu lahir dengan berat 4,5 kilogram serta panjang 48 sentimeter (cm) dan 40 cm. Saat ini, keduanya dirawat intensif di ruang neonatal intensive care unit (NICU).
”Dari pemeriksaan fisik dan CT Scan, organ jantungnya ada dua, tetapi dicurigai dempet dan bocor. Hatinya ditengarai hanya satu. Namun, belum bisa dipastikan karena kondisi bayi belum stabil. Setelah kondisinya stabil, kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan,” kata Pudji.
Ilham menyatakan, ia memercayakan sepenuhnya penanganan kedua putrinya, Aqila Ramadhani dan Azkia Ramadhani, kepada tim dokter RSUD Ulin.