Buku Itu Alat untuk Pintar, Perpustakaan Itu Infrastrukturnya
Oleh
DODY WISNU PRIBADI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Hari Senin (28/5/2018), sehari menjelang peringatan hari raya Waisak, warga Surabaya mendapat keluarga baru. Sebuah mobil perpustakaan atau bisa disebut Mobil Pustaka. Masyarakat pasti ingat metafora lama, ”Buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kunci untuk membukanya”. Di zaman sekarang yang adalah zaman infrastruktur ini, maka ”Buku Itu Alat untuk Pintar, Perpustakaan Itu Infrastrukturnya”.
Direktur Corporate Communication Kompas Gramedia Rusdi Amral, di sela-sela penyerahan Mobil Pustaka kepada Pemerintah Kota Surabaya, mengatakan, Kompas Gramedia menginisiasi gerakan literasi yang dinamakan #AkuBaca. Ini gerakan berkesinambungan untuk memajukan literasi (kemudahan dan pemahaman masyarakat atas buku bacaan dan sumber informasi) di Indonesia, khususnya dalam hal penumbuhan minat baca.
Maka dibuatkanlah Gerakan Literasi Nusantara sebagai slogannya. #AkuBaca diluncurkan bertepatan dengan peringatan Hari Buku Nasional pada 17 Mei 2017 bersama sejumlah penggerak literasi nasional. Dalam perkembangannya, gerakan #AkuBaca turut dilibati oleh banyak sukarelawan, komunitas, dan taman baca dari daerah-daerah seantero Nusantara.
Ketua Forum Komunikasi Daerah KG Jatim Agnes Swetta Pandia menambahkan, gerakan #AkuBaca ini juga bakal memperluas sinergi dengan pelbagai pihak, salah satunya dengan Pemerintah Kota Surabaya dan komunitas pembelajar lainnya di Surabaya tercinta. Bahkan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga bercita-cita dan bertekad, Surabaya tak cukup hanya dikenal sebagai ”Kota Pahlawan”, tetapi juga sebagai ”Kota Literasi”.
Di bawah kepemimpinan Wali Kota, Surabaya gencar mendorong tumbuhnya budaya literasi di masyarakat. Berkat dukungan besar pemkot itulah, kini Surabaya memiliki tak kurang dari 1.400 taman bacaan masyarakat (TBM). Ikhtiar pemerintah tersebut selaras dengan napas #AkuBaca. Selain menumbuhkan budaya literasi dan minat baca masyarakat melalui gerakan penyadaran, #AkuBaca juga mendorong peningkatan akses masyarakat terhadap bacaan.
Hal ini secara konsisten diwujudkan gerakan #AkuBaca melalui program Buku Bergerak yang berperan menggalang donasi buku dari publik untuk didonasikan ke TBM-TBM di sejumlah daerah. Tercatat hingga Mei 2018, Buku Bergerak telah berkontribusi mendonasikan 133 paket buku ke 133 TBM yang tersebar di 28 provinsi dan 94 kabupaten/kota. Selain itu, ada pula moda perpustakaan bergerak yang digulirkan #AkuBaca, di antaranya Troli Pustaka yang ada di Jakarta dan Motor Pustaka di Yogyakarta.
Keselarasan tujuan antara gerakan #AkuBaca dan Pemkot Surabaya salah satunya diwujudkan dalam bentuk Mobil Pustaka, yakni sebuah moda perpustakaan bergerak berupa mobil yang didesain secara khusus untuk difungsikan sebagai perpustakaan yang bisa bergerak dinamis menjangkau sejumlah wilayah di Surabaya, terutama titik-titik kumpul masyarakat dan sekolah-sekolah. Pengadaan Mobil Pustaka #AkuBaca beserta buku-buku yang ada di dalamnya merupakan sumbangan/hibah dari Kompas Gramedia selaku perusahaan yang menginisiasi Gerakan #AkuBaca.
Di Balai Kota Surabaya pada hari Senin, 28 Mei 2018, Pemkot Surabaya bersama tim Kompas Gramedia secara resmi meluncurkan Mobil Pustaka #AkuBaca. Dalam acara ini dilakukan serah terima Mobil Pustaka #AkuBaca dari Kompas Gramedia yang diwakili oleh Corporate Communication Director Rusdi Amral kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
”Kompas Gramedia ingin memadukan semangat bersama Surabaya yang terus tumbuh dan berkembang menjadi kota literasi. Untuk itu, kami bersyukur dan bangga bisa bersinergi bersama Pemkot Surabaya dan bersama-sama berkontribusi untuk masyarakat Surabaya, dalam hal ini melalui Mobil Pustaka #AkuBaca. Semoga kehadirannya bisa bermanfaat mendekatkan akses bacaan ke masyarakat demi meningkatnya minat baca,” ujar Rusdi dalam sambutannya.
Mobil Pustaka #AkuBaca dilengkapi dengan koleksi 743 buku yang terdiri dari buku anak-anak, seperti dongeng dan cerita rakyat Nusantara, panduan pelajaran, karya sastra, kewirausahaan, buku-buku how to (petunjuk praktis), dan jenis lainnya. Usai diserahkan, Mobil Pustaka #AkuBaca langsung difungsikan oleh Perpustakaan Daerah (Perpusda) Surabaya selaku pihak pengelola untuk mendatangi titik-titik kumpul masyarakat. Harapannya, masyarakat, terutama anak-anak, menjadi lebih dekat dan akrab dengan buku-buku, sehingga budaya literasi di Surabaya menjadi semakin maju.
Sebuah ungkapan sederhana yang menggambarkan betapa luasnya manfaat membaca buku. Urgensi membaca telah menggerakkan banyak masyarakat di pelbagai belahan dunia untuk menggiatinya sepanjang tahun. ”Masyarakat Amerika dalam setahun rata-rata bisa membaca 20 buku. Sementara masyarakat Jepang bisa mencapai 10 buku per tahun dan negara-negara tetangga di ASEAN melahap 2-3 buku per tahun,” kata Tri Rismaharini.
Namun, di Indonesia, budaya baca masyarakat hanya berkisar dari 0 sampai 1 buku per tahun. Riset UNESCO pada tahun 2012 mendapati indeks minat baca Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 penduduk, hanya ada 1 orang yang suka membaca. Sementara itu, berdasarkan studi Most Littered Nation in the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca. Hanya setingkat di atas Bostwana (61).
Rendahnya minat dan budaya baca masyarakat Indonesia adalah tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, segenap elemen bangsa, mulai dari pemerintah, institusi pendidikan mulai dari keluarga hingga sekolah, swasta, lembaga sosial, komunitas-komunitas, serta masyarakat secara luas, mesti bergerak bersama dan berbagi peran dalam rangka menumbuhkan minat baca dan budaya literasi di Indonesia.