PALANGKARAYA, KOMPAS — Alba, orangutan albino di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, akan segera dilepasliarkan ke habitatnya. Yayasan Borneo Orangutan Survival sudah menyiapkan pulau khusus untuk Alba. Adapun pemerintah pusat berencana membentuk tim untuk memeriksa kesiapan dan fasilitas tempat tinggal Alba.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno mengungkapkan, pihaknya membentuk tim untuk membuat pertimbangan soal tempat tinggal Alba. Tim tersebut merupakan tim yang dibentuk dari semua pihak yang terkait atau multipihak.
”Tim itu akan kami bentuk untuk memeriksa ke lapangan dan memberi masukan kepada atasan, sekarang tinggal menunggu surat keputusannya saja,” ungkap Wiratno saat dihubungi dari Palangkaraya, Senin (28/5/30).
CEO Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Jamartin Sihite mengungkapkan, Alba tidak bisa dilepasliarkan ke habitat atau hutan biasa seperti orangutan pada umumnya. Karena ia memiliki kelainan atau albino, harus disiapkan tempat khusus untuk Alba agar mampu bertahan hidup.
”Tempat itu akan menjadi rumah sekaligus sekolah untuk Alba dan kawan-kawannya nanti. Alba itu orangutan liar, kami hanya memastikan Alba bertambah kuat sebagai orangutan yang akan hidup bebas,” kata Jamartin saat dihubungi dari Palangkaraya, Kamis (30/5/2018).
Karena kelainan genetika, Alba tidak bisa lama terkena matahari. Selain itu, Jamartin juga menjelaskan, selama ini pihaknya sudah mencoba menggabungkan Alba dan kawanan orangutan normal lainnya untuk melihat apakah Alba bisa hidup membaur.
”Ternyata bisa membaur, Alba tidak di-bully atau ditolak kawanan seumurannya. Jadi, nanti di pulau itu Alba tidak sendiri karena orangutan memang hidup berkawanan,” kata Jamartin.
Alba saat ini masih berada di Pusat Reintroduksi dan Rehabilitasi Orangutan di Nyaru Menteng, Palangkaraya. Saat ini kesehatannya sudah jauh lebih baik dibandingkan saat ditemukan pertama kali.
Alba ditemukan masyarakat di Desa Tanggirang, Kapuas Hilir, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, pada Kamis, 27 April 2017. Masyarakat kemudian menyerahkannya kepada Yayasan BOS karena saat ditemukan, Alba terlihat lemas dan tidak mampu berdiri (Kompas, Selasa 2 Mei 2017).
Alba merupakan orangutan albino pertama yang ditemukan selama 25 tahun Yayasan BOS beroperasi di Kalimantan Tengah. Karena kelainan genetika, Alba memiliki kulit dan bulu berwarna putih.
Manajer Edukasi dan Informasi Yayasan BOS Monterado Fridman menjelaskan, pihaknya sampai saat ini masih menyiapkan Pulau Salat di Kecamatan Jabiren raya, Kabupaten Pulang Pisau, dengan luas mencapai 10 hektar. Persiapannya sudah mencapai 80 persen.
”Untuk pulaunya sudah siap sejak sebulan yang lalu. Tinggal fasilitas pelengkap saja, seperti membangun guest house. Tempat itu bukan buat umum, bukan untuk wisata, tetapi untuk petugas yang datang memantau perkembangan Alba dan orangutan lainnya,” ungkap Monterado.